kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kinerja reksadana saham kembali melorot, apa penyebabnya?


Selasa, 02 Oktober 2018 / 19:19 WIB
Kinerja reksadana saham kembali melorot, apa penyebabnya?
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak yang melanda pasar keuangan Indonesia sepanjang bulan lalu kembali mempengaruhi kinerja rata-rata reksadana saham.

Mengutip data Infovesta Utama, kinerja rata-rata reksadana saham dalam Infovesta Equity Fund Index turun 0,40% (mom) sepanjang bulan September 2018 lalu. Jika dihitung sejak awal tahun, kinerja rata-rata reksadana saham telah merosot 5,60% (ytd) atau terendah dibandingkan reksadana lainnya.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, bulan lalu kinerja reksadana saham terpapar sentimen kenaikan suku bunga acuan AS. Sebelum kenaikan tersebut benar-benar terwujud, para pelaku pasar sudah memberi respons negatif sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tren penurunan.

Tidak hanya itu, reksadana saham juga diserang sentimen tambahan berupa pelemahan nilai tukar rupiah yang juga disebabkan efek kenaikan suku bunga acuan AS.

Wawan menambahkan, reksadana saham semakin tertekan mengingat sebagian besar produk reksadana tersebut mengandalkan saham-saham dari sektor perbankan atau keuangan. Padahal, hingga Selasa (2/10), kinerja indeks sektor keuangan telah turun 6,99% (ytd). “Banyak manajer investasi yang memilih saham perbankan karena 60% kapitalisasi pasar indeks dikuasai oleh saham sektor tersebut,” ujarnya.

Kondisi tersebut bisa dimaklumi. Pasalnya, ketika indeks berbalik arah, kinerja saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar umumnya dapat tumbuh lebih cepat.

Di sisi lain, untuk saat ini, sebagian produk reksadana saham yang mencatatkan kinerja outperform terhadap indeks umumnya umumnya mengandalkan saham-saham dari sektor yang tidak terpengaruh oleh dampak negatif gejolak pasar dan nilai tukar. Contohnya adalah saham-saham dari sektor pertambangan.

Kendati demikian, Wawan yakin, reksadana saham akan kembali bangkit walaupun sulit untuk mencapai pertumbuhan kinerja dua digit di akhir tahun nanti.

Salah satu sentimen positif bagi reksadana tersebut dalam waktu dekat adalah laporan keuangan emiten-emiten di kuartal III. “Berkaca pada kuartal-kuartal sebelumnya, ketidakstabilan pasar tidak terlalu mempengaruhi kinerja keuangan emiten,” ungkapnya.

Di samping itu, kinerja reksadana saham juga berpotensi melonjak mengingat jelang akhir tahun biasanya pasar akan diwarnai oleh aksi window dressing dari para emiten. Hal tersebut diyakini dapat mengangkat kinerja indeks yang pada akhirnya berpengaruh positif bagi reksadana saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×