Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. Penurunan tajam saham internet kelas berat China dan pelemahan harga sebagian saham FAANG baru-baru ini menjadikan beberapa investor khawatir bahwa komponen kunci reli Wall Street yang telah terjadi hampir satu dekade terakhir mungkin mulai kekurangan bahan bakar.
Keuntungan luar biasa Facebook, Amazon, Netflix, dan Alphabet telah mendukung sebagian besar reli pasar saham AS dalam beberapa tahun terakhir, bersama dengan sektor teknologi yang lebih luas. Namun, grup ini secara luas dipandang sebagai overbought dan valuasi tetap mahal.
Didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang kuat dan kepercayaan investor dalam rekam jejak inovasi Silicon Valley, indeks teknologi S&P 500 naik 16% pada 2018, menjadikan pelaku teknologi sebagai selebriti Wall Street.
Tapi kemerosotan baru-baru ini di saham teknologi superstar China, Tencent Holdings, telah meningkatkan kekhawatiran orang tentang ketergantungan Wall Street pada segelintir perusahaan yang berada di rak paling atas itu. Tencent melaporkan penurunan laba pertamanya dalam hampir 13 tahun pada hari Rabu,
Saham Tencent, perusahaan media sosial dan game terbesar China, telah jatuh lebih dari 6% dalam dua hari terakhir dan turun hampir sepertiga dari rekor penutupan tertinggi mereka pada Januari.
"Tencent adalah proksi yang bagus untuk pertumbuhan dan risiko global. Saat ini, dengan segala sesuatu yang menjadi momentum didorong di pasar, jika satu hal berjalan, semuanya bisa berjalan," kata pedagang senior Wedbush Securities Joel Kulina.
Para investor teknologi juga ngeri pada saham Netflix dan Facebook, yang bersama dengan Amazon dan induk Alphabet, membuat saham FANG telah turun tajam sejak laporan kuartal Juni mereka.
Harga Netflix telah turun 22% dari rekor penutupan tinggi pada awal Juli. Facebook juga turun 19% sejak 25 Juli gara-gara skandal privasi. Beberapa investor mempertanyakan apakah "FANG" mungkin berubah menjadi "AG". Bahkan dengan kekhawatiran itu, para investor terus menjadikan kelompok itu sebagai pusat portofolio mereka.
AG yang mereka maksud adalah Amazon dan Google. Amazon telah melonjak lebih dari 60% pada 2018 dan pada hari Selasa ditutup pada rekor tertinggi. Google Alphabet naik 17% dari tahun ke tahun.
"FANG akan terus memainkan peran besar selama dua hingga tiga tahun ke depan," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma. "Mereka mahal, tetapi Anda harus menahan hidung dan membelinya."
Bahkan setelah pulih dari aksi jual yang tajam pada bulan Februari, S&P 500 diperdagangkan pada penghasilan 16,5 kali laba yang relatif murah, dibandingkan dengan 18,6 kali laba pada bulan Januari, menurut data Thomson Reuters. Indeks teknologi S&P 500 diperdagangkan pada 18,7 kali laba, dibandingkan dengan titik tertinggi 19,6 pada akhir Januari.
Saham FANG, ditambah saham Apple dan China Baidu, Alibaba, dan Tencent, pada bulan Agustus mencatatkan perdagangan paling ramai di Wall Street untuk ketujuh bulan berturut-turut, menurut survei manajer dana oleh Bank of America.
Saham perusahaan teknologi China yang terdaftar di AS dalam beberapa tahun terakhir juga telah mengejar reli teknologi Wall Street, tetapi perubahan harga mereka juga mencerminkan prospek ekonomi China dan peraturan pemerintah.
Investor China khawatir tentang potensi kejatuhan dari perang dagang antara Beijing dan Washington. Akibatnya, saham internet kelas berat China Baidu dan Alibaba telah jatuh masing-masing 11% dan 7% sejak akhir Juni. Saham Baidu dan Alibaba yang terdaftar di bursa AS naik lebih dari 1% pada Kamis, menyusul penjualan awal pekan ini.
Menghadapi kerugian pada perdagangan teknologi China, para juragan dana investasi global yang memiliki saham tersebut mungkin tergoda untuk menjual sebagian dari saham teknologi AS mereka untuk mengunci keuntungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News