Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tekanan dari kekhawatiran pasokan yang kembali melonjak terutama dari Indonesia jadi beban utama yang menyeret harga nikel.
Mengutip Bloomberg, Senin (16/1) pukul 10.22 pagi di Shanghai, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 0,80% ke level US$ 10.366 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir harga sudah tergerus 0,23%.
Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka menuturkan banyak katalis negatif yang menekan harga komoditas logam industri termasuk nikel di pasar global saat ini.
Pertama, kemungkinan terjadinya hard Brexit pasca pernyataan Theresa May, Perdana Menteri Inggris yang akan meninggalkan pasar tunggal Eropa membuat USD kembali terangkat sebagai safe haven.
Belum lagi keputusan European Central Bank (ECB) untuk memangkas pembelian obligasinya mulai April 2017 nanti turut memberikan beban bagi harga komoditas.
Sebab ini diperkirakan akan mengempiskan permintaan dan geliat aktivitas infrastruktur di Eropa yang selama ini disuntik oleh aliran dana yang kencang dari ECB. “Tekanan semakin besar dengan dilonggarkannya aturan ekspor di Indonesia,” tambah Ibrahim.
Melalui surat yang ditandatangani pada 11 Januari 2017 lalu pemerintah Indonesia memberikan pelonggaran ekspor nikel dan aturan investasi tambang nikel di tanah air.
Menurut Citigroup Inc dan Macquarie Group Ltd relaksasi aturan ini akan membuat tren harga nikel menjadi bearish sebab bisa memicu tingginya aktivitas investasi dan pengembangan tambang baru yang akan menggenjot produksi.
Dugaannya PT Aneka Tambang Tbk bisa mengekspor sekitar 15 – 20 juta ton nikel sepanjang tahun 2017 ini. Sehingga Citigroup memprediksi kisaran harga nikel tahun ini hanya di US$ 9.500 per metrik ton atau turun dari dugaan sebelumnya sekitar US$ 10.000 metrik ton.
Faktor dari Indonesia ini besar dampaknya bagi harga nikel mengingat Indonesia adalah salah satu produsen nikel terbesar dunia.
Maka hingga pertengahan pekan ini Ibrahim menduga harga nikel akan cenderung koreksi. “Selasa (17/1) peluang harga turun lagi pun masih besar,” duga Ibrahim.
Nyaris minim dukungan bagi harga untuk naik lagi. Selain memang kebijakan pemerintah Filipina untuk mengaudit produsen nikel yang tidak ramah lingkungan akan tetap menjaga pasokan nikel dari sana. Tapi dampaknya kini tidak lagi terlampau besar untuk terus menjaga harga naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News