Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten yang tergabung dalam induk pertambangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) MIND ID masih loyo. Dari tiga emiten MIND ID, hanya satu emiten yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang laba bersihnya masih bertumbuh meskipun hanya single digit.
Sementara dua emiten lainnya yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS) harus rela kinerja keuangannya tergerus.
Salah satu biang kerok penurunan kinerja emiten tambang BUMN adalah penurunan harga komoditas. Niko Chandra, Corporate Secretary PTBA menyebut, rata-rata harga batubara ICI-3 terkoreksi sekitar 33% dari semula US$ 128,5 per ton pada Januari-September 2022 menjadi US$ 86,3 per ton pada Januari-September 2023. Di sisi lain, harga pokok penjualan mengalami kenaikan, di antaranya pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan.
Di tengah penurunan harga jual, kinerja operasional Bukit Asam berhasil mengalami pertumbuhan sepanjang sembilan bulan pertama 2023, yang tercermin dari naiknya produksi dan volume penjualan batubara.
Baca Juga: Vastland Indonesia (VAST) Hendak Ekspansi Gudang Baru di Tangerang
Total produksi batubara PTBA hingga triwulan-III 2023 mencapai 31,9 juta ton. Angka ini berhasil tumbuh 15,2% bila dibanding periode yang sama tahun 2022 yakni sebesar 27,7 juta ton.
Kenaikan produksi ini juga sejalan dengan kenaikan volume penjualan batubara, dimana pada periode tersebut PTBA menjual 27,0 juta ton batubara alias naik 14,9%. Secara rinci, PTBA mencatat penjualan ekspor sebesar 11,2 juta ton atau naik 24,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski demikian, penurunan kinerja PTBA tidak bisa terelakkan. Laba bersih PTBA merosot 62% jika dibandingkan menjadi hanya Rp 3,8 triliun per akhir September 2023. Bandingkan dengan laba bersih PTBA pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 10 triliun.
Dari sisi pendapatan, PTBA membukukan pendapatan sebesar Rp 27,7 triliun. Realisasi ini menurun 10,84% bila dibandingkan pendapatan PTBA di periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 31,07 triliun
TINS bernasib lebih malang. TINS mengalami kerugian hingga Rp 87,45 miliar per kuartal III-2023. Realisasi tersebut berbanding terbalik dari kondisi keuangan TINS pada periode yang sama tahun lalu, dimana emiten pertambangan pelat merah ini meraup laba bersih hingga Rp 1,14 triliun.
Menurunnya bottomline TINS tidak terlepas dari melemahnya pendapatan. TINS membukukan pendapatan Rp 6,37 triliun, turun 37,42% dari pendapatan sepanjang periode yang sama tahun 2022 yang kala itu mencapai Rp 10,18 triliun.
Baca Juga: Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) Raih Pendapatan Rp 1,81 triliun Per Kuartal III-2023
Fina Eliani Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS menjabarkan ada sejumlah faktor yang menekan kinerja TINS. Pertama, sampai dengan akhir September 2023, harga logam timah dunia terus tertekan akibat penguatan mata uang dolar AS dan lambatnya pemulihan perekonomian China
Harga timah juga loyo disertai lemahnya permintaan timah seiring dengan tingginya persediaan di London Metal Exchange (LME).
Fina menyebut, harga jual rerata logam timah di periode sembilan bulan pertama 2023 sebesar US$ 27.017 per metrik ton atau lebih rendah 23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 35.026 per metrik ton.