Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Namun, permintaan batubara masih sangat kuat didukung pertumbuhan ekonomi di Asia. Ini karena, adanya penambahan produksi listrik di kawasan Asia untuk mendorong kinerja sektor industri, sehingga mampu mendorong pertumbuhan batubara.
Bahkan, produsen dan eksportir batubara di seluruh dunia tengah berlomba memenuhi permintaan di India, China, Jepang dan juga Korea. Hanya saja, kembali ke isu utama China di mana isu perang dagang secara jelas masih menekan harga komoditas termasuk batubara, dan mengancam permintaan dari Negeri Tirai Bambu melemah.
Wahyu menjelaskan, pelemahan yang terjadi di kuartal I-2019 hingga kuartal III-2019 merupakan hal yang wajar, lantaran di kuartal II-2019 pasar mulai stockpiling antisipasi musim dingin dan sempat mendorong harga naik. Sehingga menjelang kuartal III-2019 atau pada kuartal IV-2019 pasokan batubara sudah mulai ditimbun yang kemudian membuat harga terkoreksi secara wajar.
Baca Juga: Serapan masih mini, belanja modal Indo Tambangraya Megah (ITMG) tak akan capai target
Ditambah lagi, permintaan dari China dan India tengah lesu, disusul melimpahnya gas murah di Eropa. Akibatnya pasar cenderung beralih mendistribusikan batubaranya ke kawasan Asia. Sentimen yang juga perlu diperhatikan pada bulan depan yakni, adanya penandatanganan kontrak pasokan baru untuk batubara termal berkualitas tinggi antara perusahaan Jepang dan Australia.
Sebenarnya, permintaan dari India saat ini menjadi harapan besar sebagai pendorong harga batubara ke depan, tapi juga memiliki risiko yang signifikan. "Bulan ini India mengumumkan rencana untuk memangkas impor batubara hingga sepertiga, dan mengandalkan peningkatan produksi dalam negeri dan output energi terbarukan," ungkap Wahyu.
Baca Juga: Harga Batubara Meredup, UNTR Merevisi Lagi Target Penjualan Alat Berat
Melihat berbagai sentimen yang ada, Wahyu memperkirakan prospek harga batubara di jangka menengah berada di kisaran US$ 50 per metrik ton dan US$ 40 per metrik ton. Akan menjadi sinyal buruk bagi China jika harga mendekati level US$ 40 per metrik ton.
"Hingga akhir tahun level US$ 50 per metrik ton hingga US$ 70 metrik ton cukup bisa ditoleransi. Namun jika ada konsolidasi, harga bisa di US$ 60 per metrik ton," jelasnya.
Untuk perdagangan Kamis (29/8), Wahyu memperkirakan harga batubara bergerak di level support US$ 64,80 per metrik ton, US$ 64,50 per metrik ton dan US$ 64 per metrik ton. Sedangkan untuk level resistance di level US$ 65,50 per metrik ton, US$ 65,80 per metrik ton dan US$ 66,30 per metrik ton dengan kecenderungan bearish. Dia merekomendasikan jual untuk batubara saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News