Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus memperbarui rekor terendah pada tahun ini. Selasa (27/8), harga batubara Newcastle untuk kontrak pengiriman Oktober 2019 di ICE Futures kembali menyentuh level rendah US$ 65,20 per metrik ton atau turun 0,83% dari hari sebelumnya.
Sedangkan dalam sepekan, harga batubara tercatat sudah merosot sebanyak 2,68%. Kondisi ini diprediksi masih akan berlangsung selama permintaan tertekan dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih berlangsung.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, tren pergerakan harga batubara masih sangat bergantung pada sentimen permintaan yang cenderung masih lesu. Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan adanya sentimen perang dagang antara AS dan China yang hingga saat ini belum menunjukkan titik temu.
Baca Juga: PLN minta patokan harga untuk kelistrikan US$ 70 per ton bisa diperpanjang
"Masih belum ada turning point teknikal maupun fundamental untuk harga batubara, ditambah lagi risiko resesi global kian dekat," jelas Wahyu kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8).
Mayoritas sentimen batubara masih dari permintaan importir batubara terbesar dunia, yakni China. Ketergantungan China terhadap batubara cukup besar, mengingat anjloknya harga batubara juga bakal berdampak negatif bagi industri pertambangan di Negeri Tirai Bambu tersebut. Apalagi pasar saham di China juga didominasi perusahaan pertambangan, sehingga saat harga batubara anjlok terlalu dalam bisa menjadi pemicu krisis di China.
Sementara itu, NDRC tidak akan membiarkan harga batubara terlalu mahal, karena akan menekan konsumsi energi dari perusahaan, yang bakal berisiko pada perekonomian negara. Untuk itu, Wahyu mengungkapkan pergerakan harga batubara masih dijaga atau diintervensi untuk tetap stabil. "Terlepas dari itu, secara fundamental dalam jangka panjang jelas supply dan demand masih jadi penggerak harga batubara," ungkapnya.
Baca Juga: Toba Bara Sejahtra (TOBA) produksi 2 juta ton batubara hingga semester I-2019
Beberapa tahun terakhir permintaan batubara di kawasan regional cenderung menurun. Hal ini disebabkan tingginya persaingan batubara dengan konsumsi gas alam yang diklaim lebih ramah lingkungan.