kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan angka CDS Indonesia ditopang penguatan rupiah dan meredanya perang dagang


Rabu, 09 Januari 2019 / 18:36 WIB
Penurunan angka CDS Indonesia ditopang penguatan rupiah dan meredanya perang dagang


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Penguatan rupiah yang tercatat pada penutupan pasar Rabu (8/1) ini, membawa dampak kondusif bagi pasar keuangan Indonesia.

Mengutip Blooomberg, Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun, berada di level 128,253 pada perdagangan Rabu (8/1). Angka ini turun sebanyak 4,55 poin atau 3,43% dari posisi perdagangan Selasa (7/1). Kemarin, CDS tenor 5 tahun berada di level 132,806.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar mengatakan, sentimen ini terjadi karena dua hal, pertama risiko perang dagang antara Cina versus Amerika mulai mereda dan kebijakan Federal Reserve (The Fed) tidak seagresif waktu sebelumnya.

Kedua, hal itu punya dampak besar bagi emerging market (pasar perdagangan negara berkembang). "Bisa dilihat, di pasar perdangan Asia Pasifik, Indonesia dan Malaysia mengalami penurunan paling besar. Ini hal bagus," cetus Anil Kumar.

Sebagai informasi tambahan, negara yang mengalami penurunan CDS di kawasan emerging market Asia Pasifik, adalah Filipina, Jepang, dan Cina. Begitu pula CDS emerging market di kawasan AS, seperti Brazil, Kolombia, Meksiko, Argentina, Chili, Venezuela, dan Uruguay. Sementara di Benua Eropa, nilai CDS Rusia dan Turki juga ikut menurun.

"Ada flow yang beralih dari developed market, yakni AS, ke emerging market," jelas Anil.

Tak hanya itu, sentimen internal juga ikut mempengaruhi dengan menguatnya rupiah sebesar 0,16% atau 23 poin di level Rp 14.125 per dollar pada penutupan pasar Rabu (9/1).

Melihat hal tersebut, Anil optimistis CDS Indonesia berpotensi masih bisa turun 20 - 50 basis poin pada perdagangan besok. Tentu saja, optimisme tersebut harus dilandasi dengan kestabilan yield US Treasury. "Jika demikian, para investor akan mendapatkan capital gain," tambahnya.

Melihat proyeksi ke depan, dia juga melihat sentimen eksternal masih memainkan peran dominan dalam pasar dagang. Perang dagang yang akan segera usai, memberi angin segar bagi investor. Bagaimana pun, AS perlu dana besar menghadapi negara Tirai Bambu sejak tahun lalu.

"Untuk menekan Cina secara ekonomi, AS banyak menggelontorkan biaya dari kantong Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Nah, saat ini APBN sudah berada di tangan Partai Demokrat," jelasnya.

Partai Demokrat merupakan oposisi Presiden AS Donald Trump dari Partai Republik. Dengan demikian, jalan Trump mendapatkan kucuran dana untuk keperluan perang dagang kemungkinan bakal menemui jalan terjal.

Keputusan Trump melancarkan perang dagang dengan Cina, memang memberi dampak signifikan bagi pasar dan berimbas pada negara di sekitarnya. Bila kembali kembali ke awal tahun 2018 silam, saat posisi CDS Indonesia sempat berada di level 79,000 pernyataan Trump mampu membuat CDS Indonesia melesat tajam.

 "Itu terjadi pada 15 Januari 2018, CDS Indonesia naik sampai 159,000. Hal itu bertepatan dengan rencana perang dagang," imbuh Anil.

Dengan demikian, kecil kemungkinan AS melanjutkan perang dagang dengan Cina, melihat mayoritas kubu oposisi di parlemen. Ini pula yang akan menjadi angin segar bagi investor untuk beralih ke emerging market di beberapa kawasan dunia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×