Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 menjadi periode yang berat bagi emiten pengelola gerai restoran cepat saji KFC, PT Fast Food Indonesia Tbk. Emiten dengan kode saham FAST ini membukukan penurunan top line dan bottom line yang signifikan hingga kuartal ketiga 2020.
Mengutip laporan keuangannya, FAST mengantongi pendapatan Rp 3,59 triliun. Realisasi itu menurun 28,47% secara year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 5,01 triliun.
Pendapatan dari makanan dan minuman yang biasa menjadi penopang kinerja FAST menurun hingga 28,30% yoy menjadi Rp 3,54 triliun. Adapun penjualan konsinyasi CD juga terkikis dalam 39,72% yoy menjadi Rp 41,50 miliar. Tekanan juga dialami jasa layanan hingga 35,23% yoy menjadi Rp 3,56 miliar.
Dilihat dari segmen secara geografis, Restaurant Support Center (RSC) di berbagai wilayah kompak tertekan. Penurunan paling dalam dirasakan oleh RSC Bandung hingga 32,61% yoy menjadi Rp 268 miliar.
Baca Juga: Meski terdampak pandemi, Fast Food (FAST) tetap tambah gerai KFC hingga akhir tahun
Setelahnya disusul RSC Jakarta hingga 32,58% yoy. Wilayah yang biasa menjadi penopang pendapatan itu menurun menjadi Rp 1,28 triliun dari Rp 1,89 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, RSC di wilayah lainnya juga turun hingga dua digit. RSC Medan tertekan 20,37% yoy, RSC Makassar turun 20,37% yoy, RSC Palembang menipis 26,72%, RSC lainnya terkikis 26,33%.
Penurunan yang dalam dari sisi top line itu menekan bottom line Fast Food. Sepanjang Januari hingga September 2020, FAST menanggung rugi periode berjalan Rp 298,34 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, FAST masih mencatatkan laba periode berjalan hingga Rp 175,70 miliar.
Asal tahu saja bottom line FAST diperberat oleh beban operasi yang membengkak menjadi Rp 7,67 miliar dari sebelumnya Rp 5,82 miliar. Ada juga beban keuangan yang naik menjadi Rp 28,77 miliar dari sebelumnya Rp 13,80 miliar.
Baca Juga: Genjot penjualan, KFC Indonesia tebar promo dine-in
Sekadar informasi, hingga kuartal ketiga FAST membukukan kenaikan aset hingga 3,18% menjadi Rp 3,51 triliun. Jumlah aset ini meningkat dibanding akhir tahun lalu yang mencapai Rp 3,4 triliun.
Sementara itu, liabilitas FAST tercatat meningkat 22,63% secara year to date (ytd) menjadi Rp 2,14 triliun dan ekuitasnya terkikis 17,27% ytd menjadi Rp 1,37 triliun. Manajemen FAST menjelaskan, kenaikan liabilitas ini dipicu penerapan PSAK 73 Sewa per 1 Januari 2020.
"Menyebabkan pada penyesuaian nilai-nilai yang diakui pada laporan keuangan. Pada tanggal 30 September 2020 utang sewa bangunan yang timbul dari penerapan PSAK 73 adalah Rp 231,16 miliar," ungkap Direktur Fast Food Indonesia dalam keterbukaan informasi, Jumat (27/11).
Baca Juga: Beberapa gerai Fast Food Indonesia (FAST) belum beroperasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News