kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Penjualan SBN ritel kemungkinan tidak akan tinggi


Senin, 22 April 2019 / 20:00 WIB
Penjualan SBN ritel kemungkinan tidak akan tinggi


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saving Bond Ritel seri SBR006 resmi terjual sebanyak Rp 2,26 triliun atau lebih rendah dari seri sebelumnya yakni SBR005 sebesar Rp 4,01 triliun. Ada kemungkinan hasil penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel ke depan juga tergolong mini.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menyampaikan, rendahnya penjualan SBR006 dipengaruhi oleh banyaknya jumlah penawaran SBN ritel dengan jadwal yang berdekatan di tahun ini. “Kondisi ini menyebabkan oversupply karena terlalu banyak produk obligasi ritel yang diterbitkan pemerintah,” kata dia, Senin (22/4).

Belum lagi, pihak perbankan juga membutuhkan dana pihak ketiga dalam jumlah besar. Alhasil, likuiditas di masyarakat makin mengetat. Selain itu, tingkat kupon awal SBR006 yang hanya 7,95% juga mengurangi daya tarik instrumen tersebut sehingga berpengaruh kepada hasil penjualan yang tergolong rendah.

Mikail berpendapat, di tengah kondisi oversupply penerbitan SBN ritel, agak sulit bagi pemerintah untuk memperoleh angka penjualan yang tinggi dari instrumen tersebut dalam beberapa waktu ke depan.

Pemerintah juga tidak bisa leluasa untuk menaikkan kupon SBN ritel untuk menggaet investor. Pasalnya, yield Surat Utang Negara (SUN) sedang dalam tren menurun seiring perbaikan pasar obligasi Indonesia.

Bahkan, yield SUN seri acuan 10 tahun sudah berada di area 7,5% yang artinya lebih rendah ketimbang kupon SBR005. “Kalau kupon SBN ritel terus dinaikkan di atas harga pasar, dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi pasar sekunder obligasi Indonesia,” ungkap dia.

Tak hanya itu, kenaikan kupon SBN ritel lagi-lagi bisa mengganggu likuiditas di masyarakat dan meningkatkan persaingan dana pihak ketiga dengan perbankan.

Maka dari itu, bank sentral perlu melakukan operasi terbuka untuk meningkatkan likuiditas di pihak perbankan. “Jika itu sudah dilakukan dan berhasil, penjualan SBN ritel kemungkinan bisa melonjak lagi,” terang Mikail.

Di luar itu, Mikail menilai faktor momentum seperti libur lebaran hanya berdampak minimalis terhadap penjualan SBN ritel mendatang, yakni ST004 yang dijadwalkan akan ditawarkan mulai tanggal 2—16 Mei. Sebab, umumnya dana yang diinvestasikan untuk SBN ritel merupakan dana menganggur yang tidak dipakai untuk kebutuhan tertentu, termasuk untuk liburan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×