kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penjualan Mobil Akan Meningkat di 2022, Intip Rekomendasi Saham Otomotif Berikut


Minggu, 02 Januari 2022 / 12:11 WIB
Penjualan Mobil Akan Meningkat di 2022, Intip Rekomendasi Saham Otomotif Berikut
ILUSTRASI. Tahun 2022 diproyeksikan akan jadi periode yang lebih prospektif untuk sektor otomotif.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2022 diproyeksikan akan jadi periode yang lebih prospektif untuk sektor otomotif. Sektor ini dinilai punya fundamental yang baik serta beberapa sentimen positif yang bisa mendongkrak penjualan.

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis mengaku optimistis terhadap penjualan mobil pada tahun depan. Dia memperkirakan, setidaknya akan ada 950.000 unit mobil yang terjual pada 2022. Angka tersebut naik sekitar 15% dari penjualan mobil pada tahun ini yang mencapai 850.000 unit.

“Membaiknya daya beli seiring dengan harga komoditas yang tinggi serta banyaknya model baru yang diluncurkan dalam beberapa bulan terakhir akan menjadi faktor pendorong penjualan mobil tahun depan,” kata Edward kepada Kontan.co.id, Jumat (31/12).

Secara fundamental, dia juga melihat sektor otomotif di Indonesia masih memiliki prospek yang sangat bagus. Salah satunya adalah masih rendahnya rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang bahkan masih jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. 

Baca Juga: Menerawang Prospek Sektor Otomotif di Tahun 2022

Adapun, merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru 99 mobil per 1.000 penduduk. Sementara Malaysia dan Thailand masing-masing sudah mencapai 490 dan 275 per 1.000 penduduk.

Tak hanya itu, Edward menyebut, membaiknya infrastruktur transportasi darat terutama di daerah-daerah luar Pulau Jawa juga akan menjadi faktor pendorong penjualan mobil dalam jangka menengah. Belum lagi Indonesia juga berpotensi menjadi pusat manufaktur untuk industri mobil listrik dengan cadangan mineral yang sangat banyak untuk memproduksi battery mobil listrik.

Penjualan mobil yang berpotensi meningkat pada 2022 turut akan mendorong kinerja emiten otomotif. Menurutnya, dengan membaiknya penjualan mobil, maka biaya produksi per unit juga akan lebih rendah. Hal ini membuat margin dari distribusi mobil (dealer) juga akan membaik.

“Ditambah lagi, rencana penghapusan PPnBM untuk mobil-mobil dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang lebih dari 80% juga akan memberikan sentimen positif ke sektor otomotif,” imbuhnya. 

Baca Juga: Intip Peserta Indonesia International Motor Show (IIMS) yang Digelar 17-27 Februari

Adapun, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang baru-baru ini menyebutkan Kementerian Perindustrian sudah mengajukan penghapusan PPnBM untuk mobil rakyat. Adapun yang dimaksud mobil rakyat adalah mobil yang dijual dengan harga Rp240 juta, memiliki kapasitas mesin maksimal 1.500cc, dan punya TKDN lebih dari 80%.

Sementara dari sisi risiko, Edward menilai perkembangan kasus Covid-19 masih terus harus jadi perhatian. Jika sampai terjadi ledakan kasus dan membuat pembatasan sosial diberlakukan, penurunan mobilitas dapat menjadi sentimen negatif. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan juga bisa jadi risiko yang harus diwaspadai.

“Naiknya suku bunga acuan bisa membuat daya beli sedikit terganggu karena artinya biaya cicilan akan jauh lebih tinggi,” katanya. 

Adapun, Edward saat ini menjadikan PT Astra International Tbk (ASII) sebagai top pick untuk sektor otomotif. Ia memasang target harga Rp 7.500 untuk saham ASII. 

Baca Juga: Ekonomi Membaik, Taipan Berebut Cari Dana Segar di Pasar Modal

Berikut rekomendasi saham-saham emiten otomotif dari para analis:

1. PT Astra International Tbk (ASII

ASII menjadi emiten yang diuntungkan dengan pulihnya penjualan mobil pada tahun depan. Apalagi, dengan berbagai produk baru seperti new Toyota Avanza dan Toyota Rush yang diekspektasikan mendorong penjualan. Selain itu, ASII juga akan mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang cukup bagus dengan harga komoditas yang diekspektasi akan terus berada pada level yang tinggi pada tahun depan.

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis merekomendasikan untuk beli saham ASII dengan target harga Rp 7.500 per saham.

2. PT. Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)

Menyambut 2022, MPMX baru saja meluncurkan platform penjualan mobil bekas terbarunya bernama OtoDeals melalui anak usahanya PT Armada Maha Karya. Secara kinerja, MPMX juga mengaku tidak merasakan efek negatif dari adanya PPnBM 100% terhadap bisnis mobil bekas yang dijalaninya. Adapun, pada tahun ini, MPMX menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 20-25%.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan pergerakan saham MPMX sedang berada pada fase downtrend meskipun koreksinya tertahan oleh MA20. MACD yang sudah dead cross menandakan adanya rawan koreksi kembali oleh MPMX. Ia merekomendasikan untuk sell on strength MPMX dengan level support Rp 1.000 dan level resistance Rp 1.245.

Baca Juga: Industri Otomotif Melaju, Prospek Bisnis Mobil Bekas Tetap Bergas pada Tahun Depan

3. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)

Hingga kuartal III-2021, IMAS berhasil membukukan pendapatan Rp 14,05 triliun atau tumbuh 24,57% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 11,28 triliun. Kinerja apik tersebut pada akhirnya berhasil mengangkat kinerja bottom line IMAS. Tercatat, kerugian bersih IMAS menyusut 74,29% menjadi hanya Rp 117,13 miliar.

Analis Erdikha Elit Sekuritas Ivan Kasulthan menyebut indikator stochastic IMAS bergerak pada areal pertengahan serta berpotensi terjadi death cross yang mengindikasikan adanya potensi pelemahan. Indikator MACD dengan histogram yang masih bergerak di zona positif namun sudah terjadi penurunan yang mengindikasikan potensi terjadi pelemahan. Ia pun merekomendasikan buy on weakness untuk saham IMAS dengan level support Rp 840 dan level resistance Rp 910.

Baca Juga: Prospek Investasi Berbasis ESG Cerah, Indeks-Indeks Hijau Bisa Jadi Acuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×