Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga emas semakin mendaki. Namun Ketua Asosiasi Produsen Perhiasan Indonesia (APPI) Leo Hadi Loe melihat, saat ini investor lebih banyak bermain di pasar emas batangan lokal ketimbang membeli emas perhiasan.
Menurut Leo, tahun-tahun sebelumnya, penjualan 1 ton emas batangan hanya untuk periode satu tahun. "Sedangkan di tahun ini, dalam 1 bulan saja penjualan emas batangan bisa mencapai 1 ton," ungkapnya, Senin (19/9).
Sementara, penjualan perhiasan emas tersendat atau stagnan. Leo bilang, hal ini dikarenakan adanya penurunan kadar emas perhiasan untuk menyesuaikan harga yang sudah terlalu mahal supaya bisa terjangkau oleh konsumen menengah ke bawah. "Emas perhiasan 17 karat sekarang ini sudah diturunkan menjadi hanya 10 karat. Lalu yang 10 karat diturunkan kadarnya menjadi 7 karat," urai Leo.
Dia menduga, kemungkinan penurunan kadar emas perhiasan ini malah mengurangi minat investor emas untuk mengoleksi emas perhiasan sebagai salah satu aset portfolio. Investor, terutama kalangan menengah ke atas justru beralih ke emas batangan yang berkadar 24 karat. Pasalnya, ketika di jual, nilainya tidak akan banyak terpangkas.
Selain itu, selama ini peminat emas perhiasaan lebih cenderung ke kalangan menengah kebawah. Sehingga dengan harga yang sudah tinggi saat ini, agak sulit terjangkau oleh konsumen. "Ini juga menjadi penyebab tersendatnya pembelian emas perhiasan saat ini," imbuh Leo.
Leo memperkirakan, sampai akhir tahun nanti, penjualan emas perhiasan tidak banyak berubah dibanding tahun sebelumnya. Namun, dia tidak bisa membeberkan total penjualan perhiasan hingga saat ini. "Industri perhiasaan emas ini sangat tertutup, para penguasaha emas perhiasaan cenderung menutup diri untuk membagi data-data hasil penjualan mereka," dalihnya.
Adapun, Herman, pedagang Toko Emas Melawai 99 bilang, penurunan kadar biasanya terjadi di pasar-pasar tradisional (toko kecil). "Di toko kami kadar perhiasan emas tidak ada yang diturunkan," kata Herman. Dia beralasan, toko emas yang cukup besar biasanya menjaga kualitas sehingga tidak menjual produk dengan kadar kecil seperti 40% (10 karat).
Meski tidak mau membeberkan omsetnya, namun Herman mengaku, belakangan ini, penjualan emas perhiasan di tokonya cenderung stagnan.
Sementara, Ami, pedagang emas di pasar Palmerah, Jakarta Selatan mengaku tidak terlalu memerhatikan adanya penurunan kadar emas. Hanya saja, dia merasakan adanya penurunan penjualan yang cukup signifikan di tahun ini. "Penjualan perhiasan emas di toko kami, tahun ini surut hampir 50%," ujarnya, Senin (19/9). Sayang, Ami tidak bersedia berbagi omset penjualannya. Dia beralasan sebagai pedagang kecil, tidak memiliki rincian data dan penjualan mengalir saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News