kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Penggunaan batubara berencana dikurangi, simak rekomendasi saham emiten batubara


Selasa, 16 November 2021 / 08:35 WIB
Penggunaan batubara berencana dikurangi, simak rekomendasi saham emiten batubara


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan batubara sebagai sumber energi berencana untuk dikurangi. Hal ini berdasarkan rancangan (draft) dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP26 yang digelar di Glasgow, Skotlandia beberapa waktu lalu.

Rancangan tersebut mendesak banyak negara untuk segera meningkatkan penggunaan pembangkit listrik bersih dengan menghapuskan sumber energi yang menggunakan tenaga batubara.

Lantas, bagaimana dampak agenda pengurangan pemakaian batubara terhadap emiten batubara tanah air?

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Samuel Glenn Tanuwidjaja menilai, sentimen pengurangan penggunaan batubara memang cukup besar, tetapi efeknya dalam jangka panjang. Rancangan tersebut sudah disetujui oleh Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Eropa. 

Baca Juga: Saham emiten consumer goods masih tertekan, begini rekomendasi dari analis

Akan tetapi Negara-negara berkembang seperti China dan India, yang juga merupakan produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia, masih menolak rancangan tersebut.

Perdana Menteri India Narendra Modi bahkan sempat meminta negara-negara maju untuk menyediakan dana hingga US$ 1 triliun guna mewujudkan agenda ini. “Dana US$ 1 triliun sangat butuh waktu lama untuk menyediakannya,” terang Glenn kepada Kontan.co.id, Senin (15/11).

Alhasil, pengaruh sentimen ini terhadap industri batubara memang ada, hanya saja bersifat jangka panjang. “Berapa lama, mungkin 7 tahun – 11 tahun,” sambung Glenn. 

Toh di tahun ini, harga spot batubara masih akan stabil di kisaran US$ 140 – US$ 165 per ton, didorong oleh penggunaan batubara untuk pemanas dan listrik saat musim dingin.

Senada, Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal juga menilai, sentimen COP26 ini lebih bersifat jangka panjang. Dua konsumen dan produsen batubara terbesar seperti China sama India dinilai akan tetap memanfaatkan energi batubara untuk saat ini.

Hal ini mengingat krisis energi yang baru pulih belakangan ini. Selain itu, batubara juga dibutuhkan menjelang puncak musim dingin sampai awal tahun depan.

Baca Juga: Margin Unilever (UNVR) berpotensi membaik, intip rekomendasi sahamnya berikut ini

Hal yang terjadi justru China sedang meningkatkan volume produksinya. Fauzan menyebut, output harian batubara China sudah menyentuh rekor yang tinggi, yakni 12,05 juta ton per hari, seiring arahan pemerintah untuk menggenjot kapasitas.

“Data dari peningkatan produksi batubara di China akhir-akhir ini bisa menjadi statement yang cukup kuat bahwa pendirian China masih akan tetap menggunakan batubara untuk pemenuhan listrik,” terang Fauzan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/11). 

Efeknya, harga batubara domestik sudah turun hampir setengahnya dari rekor all-time high pada bulan lalu

Fauzan berkesimpulan, China akan melakukan prioritas keseimbangan energinya terlebih dahulu sembari menambah proyek energi terbarukan. “Selama itu, penggunaan batubara sepertinya masih akan tetap ada,” sambung Fauzan.

Saham pilihan

Di sektor batubara, Fauzan memasang sikap netral. Hal ini dengan menimbang dari pergerakan saham di sektor ini. Dia menjadikan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebagai contoh. Meskipun hasil kuartal ketiga cukup mentereng, outlook sentimen dari harga batubara dinilai mengalahkan kualitas fundamentalnya.

Akibatnya, saham-saham batubara tetap di zona merah. Dalam sebulan perdagangan misalnya, saham ITMG melemah hingga 25,67%.

Sementara Glenn masih menjadikan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai pilihan teratas (top picks). Secara kinerja, emiten pelat merah ini jauh melebihi ekspektasi konsensus, baik dalam jumlah produksi, harga jual rata-rata, volume penjualan, hingga pendapatan.

Baca Juga: BRIDanareksa Sekuritas beri rekomendasi hold untuk Unilever (UNVR), ini alasannya

PTBA juga mulai mendiversifikasikan bisnisnya ke segmen non batubara, seperti rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Glenn menilai, ekspansi ke segmen energi baru terbarukan ini bisa menjadi pendapatan tambahan ketika nanti penggunaan batubara mulai berkurang.

Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga direkomendasikan oleh Glenn. ADRO dinilai banyak memiliki smelter-smelter anyar dan akan menghasilkan volume produksi batubara yang lebih besar. Hal ini menunjukkan sinyal permintaan batubara ADRO masih tinggi.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu juga menjadikan PTBA sebagai pilihan utama di sektor batubara. Dengan aksi korporasi beberapa PTBA yang sudah memulai bisnis downstream serta diversifikasi, dapat menjadi permulaan yang baik secara jangka untuk dapat mempertahankan bisnisnya.

Dessy merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.500. Dengan masih kuatnya permintaan domestik dan global, Samuel Sekuritas memperkirakan volume penjualan PTBA akan terus naik ke depannya.

Selanjutnya: Profitabilitas dan margin menarik, Samuel Sekuritas rekomendasikan buy saham FILM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×