kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengalaman jatuh bangun Direktur Eksekutif Solid Gold Berjangka Dikki di pasar saham


Sabtu, 17 Oktober 2020 / 13:12 WIB
Pengalaman jatuh bangun Direktur Eksekutif Solid Gold Berjangka Dikki di pasar saham
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Solid Gold Berjangka, Dikki Soetopo. Dok. Pribadi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Rugi ratusan juta tak serta merta membuat Dikki Soetopo kapok berinvestasi. Direktur Eksekutif PT Solid Gold Berjangka ini justru semakin ulet dan mempelajari lebih dalam tentang dunia investasi.

Dikki mengawali kiprahnya dalam dunia investasi pada 15 tahun silam. Saat itu, tahun 2005, ia memutuskan menjajal investasi dengan tekad ingin mengubah nasib dan meningkatkan perekonomian keluarga.

Instrumen saham jadi pilihan Dikki saat itu. Buku The Intelligent Investor karangan Benjamin Graham memberi inspirasi Dikki masuk ke dunia saham.

"Saya terinspirasi dengan cerita beliau menggunakan kekuatan intelektual dan penalaran dalam mengembangkan prinsip perdagangan saham jangka panjang dan membuat perusahaan mencetak rekor laba tinggi," ujar dia.

Baca Juga: Porsi Investasi Kresna Life Melanggar Batas, OJK Menjatuhkan Sanksi

Hal inilah membuat Dikki tergugah mulai berinvestasi pada instrumen saham. Saat memulai bermain saham, Dikki mengaku banyak teman dan keluarga justru tidak mendukung.

Maklum, saham adalah instrumen yang dinilai sulit dan peluang ruginya besar. Kendati demikian, Dikki tak patah arang dan tetap mantap mendalami dunia investasi saham.

Langkah awal Dikki rupanya tidak berjalan mulus. Setelah sempat mengalami keberhasilan, ia digerogoti rasa tamak untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Salah mengambil keputusan, pria berusia 40 tahun ini lantas mengalami kerugian yang besar "Saya pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Ini terjadi karena kealpaan saya yang terlalu mempercayakan transaksi kepada broker," kata Dikki.

Padahal menurut dia, saat berinvestasi, investor harus menguasai dan memiliki strategi sendiri. Bahkan harus bisa melakukan analisa pasar secara mendalam.

Baca Juga: Mengatur Portofolio Investasi Asuransi agar Nasabah Tak Merugi

Tapi Dikki enggak kapok. Ia menjadikan kesalahan tersebut sebagai pelajaran berharga. Setelah itu, Dikki lebih giat belajar strategi investasi dan analisa pasar, baik fundamental maupun teknikal agar bisa mengambil keputusan yang tepat.

Pria yang dulunya belajar ilmu akuntansi ini selalu berupaya menekan emosinya dalam setiap pengambilan aksi beli maupun jual.

Kini, dengan bertambahnya jam terbang, Dikki selalu memastikan melakukan diversifikasi aset agar bisa meminimalisir risiko. Apalagi di saat volatilitas pasar sedang tinggi akibat ketidakpastian kondisi ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Pilih emas

Dikki pun menyusun alokasi keranjang portofolio dengan memprioritaskan emas sebagai aset terbesar. Aset emas yang ia miliki setara 35% total asetnya. Dia juga menempatkan dana di saham, properti dan deposito.

"Dalam merespons situasi pandemi, saya sigap mengubah proporsi keranjang portofolio dengan menyasar emas sebagai instrumen terkuat," terang Dikki.

Ini karena sifat emas sebagai safe haven dan punya peluang keuntungan yang menjanjikan. Terbukti, kini harga emas terus meroket.

Selain emas fisik, lulusan Universitas Tarumanegara ini juga bertransaksi emas di bursa berjangka. "Saya menggunakan nalar untuk memaksimalkan keuntungan transaksi dari perdagangan emas dunia," jelas Dikki.

Dikki menuturkan, sebelum mulai berinvestasi, seorang investor hendaknya sudah bisa memastikan instrumen investasi yang ia pilih akan memberikan peluang untung lebih besar dari risiko. Investor juga harus bisa menimbang profil risikonya sendiri.

Baca Juga: Investor miliarder asal AS ini minta Trump lockdown Amerika selama 30 hari

Dikki juga menyarankan agar memiliki rencana transaksi yang jelas dan terarah. Ini agar investor bisa memanajemen risiko keuangan jangka panjang.

Pria yang mengawali karier sebagai Account Execuitve di Solid Gold Berjangka ini mengaku membekali dirinya dengan analisa yang valid untuk mengambil keputusan aksi beli dan jual.

"Saya memilih emas karena bisa untuk berinvestasi jangka panjang. Tapi saya juga memiliki strategi transaksi untuk meminimalisir risiko," ujar dia.

Berkaca dari pengalamannya dahulu dan kondisi saat ini, Dikki melihat, banyak investor pemula yang justru belum menguasai analisa pasar, baik fundamental maupun teknikal. Pada akhirnya, keputusannya justru cenderung tanpa strategi dan lebih bersifat spekulasi.

Investor sebaiknya melakukan transaksi sendiri dan tidak mempercayakan transaksi kepada orang lain, agar akses transaksi aman dan terjamin.

Baca Juga: Warren Buffett mulai beri banyak peran para calon penerusnya di Berkshire

Selain itu, Dikki mengingatkan pentingnya menerapkan manajemen risiko sebagai ujung tombak dalam berinvestasi, agar bisa memperoleh keuntungan maksimal dengan risiko minimal, sehingga tujuan keuangan tercapai.

Ia juga mengingatkan, jangan pernah menaruh telur dalam satu keranjang. "Diversifikasi aset sangat penting untuk meminimalisir risiko investasi, apalagi di tengah volatilitas saat ini," kata Dikki.

Selain itu ia juga menyarankan jangan mudah tergiur dengan iming-iming memperoleh imbal hasil besar. Sebab imbal hasil dan risiko sudah pasti memiliki korelasi yang searah.

Selanjutnya: Ancaman resesi Jerman menjatuhkan euro di hadapan dolar AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×