Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
Dikki pun menyusun alokasi keranjang portofolio dengan memprioritaskan emas sebagai aset terbesar. Aset emas yang ia miliki setara 35% total asetnya. Dia juga menempatkan dana di saham, properti dan deposito.
"Dalam merespons situasi pandemi, saya sigap mengubah proporsi keranjang portofolio dengan menyasar emas sebagai instrumen terkuat," terang Dikki.
Ini karena sifat emas sebagai safe haven dan punya peluang keuntungan yang menjanjikan. Terbukti, kini harga emas terus meroket.
Selain emas fisik, lulusan Universitas Tarumanegara ini juga bertransaksi emas di bursa berjangka. "Saya menggunakan nalar untuk memaksimalkan keuntungan transaksi dari perdagangan emas dunia," jelas Dikki.
Dikki menuturkan, sebelum mulai berinvestasi, seorang investor hendaknya sudah bisa memastikan instrumen investasi yang ia pilih akan memberikan peluang untung lebih besar dari risiko. Investor juga harus bisa menimbang profil risikonya sendiri.
Baca Juga: Investor miliarder asal AS ini minta Trump lockdown Amerika selama 30 hari
Dikki juga menyarankan agar memiliki rencana transaksi yang jelas dan terarah. Ini agar investor bisa memanajemen risiko keuangan jangka panjang.
Pria yang mengawali karier sebagai Account Execuitve di Solid Gold Berjangka ini mengaku membekali dirinya dengan analisa yang valid untuk mengambil keputusan aksi beli dan jual.
"Saya memilih emas karena bisa untuk berinvestasi jangka panjang. Tapi saya juga memiliki strategi transaksi untuk meminimalisir risiko," ujar dia.
Berkaca dari pengalamannya dahulu dan kondisi saat ini, Dikki melihat, banyak investor pemula yang justru belum menguasai analisa pasar, baik fundamental maupun teknikal. Pada akhirnya, keputusannya justru cenderung tanpa strategi dan lebih bersifat spekulasi.
Investor sebaiknya melakukan transaksi sendiri dan tidak mempercayakan transaksi kepada orang lain, agar akses transaksi aman dan terjamin.
Baca Juga: Warren Buffett mulai beri banyak peran para calon penerusnya di Berkshire
Selain itu, Dikki mengingatkan pentingnya menerapkan manajemen risiko sebagai ujung tombak dalam berinvestasi, agar bisa memperoleh keuntungan maksimal dengan risiko minimal, sehingga tujuan keuangan tercapai.
Ia juga mengingatkan, jangan pernah menaruh telur dalam satu keranjang. "Diversifikasi aset sangat penting untuk meminimalisir risiko investasi, apalagi di tengah volatilitas saat ini," kata Dikki.
Selain itu ia juga menyarankan jangan mudah tergiur dengan iming-iming memperoleh imbal hasil besar. Sebab imbal hasil dan risiko sudah pasti memiliki korelasi yang searah.
Selanjutnya: Ancaman resesi Jerman menjatuhkan euro di hadapan dolar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News