kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Pengalaman investasi dari buntung menjadi untung


Jumat, 25 September 2015 / 20:35 WIB
Pengalaman investasi dari buntung menjadi untung


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Tidak dapat dipungkiri, pengalaman dan jam terbang berperan penting dalam melahirkan keputusan yang matang. Termasuk, keputusan dalam berinvestasi. Ronny Heryantyo Raharjo, Group Marketing Director Reliance Capital Management yang telah melanglang buana di perusahaan finansial, memanfaatkan pengalaman dan ilmunya dalam membiakkan fulus.

Namun, bukan berarti, pria yang berusia 42 tahun ini terus-terusan cuan ketika berinvestasi. Ia pun pernah buntung, terutama, ketika di awal-awal memulai berinvestasi di luar sektor perbankan.

Ia mengaku mulai bermain saham ketika duduk di bangku kuliah semester II. Mulanya, ia hanya ingin menerapkan ilmu yang baru saja ia peroleh di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Jawa Barat.

Ia memberanikan diri untuk berinvestasi di saham karena ingin menebalkan isi kantong dengan cepat. Nahas, bukan untung, tetapi malah buntung. Maklum, sebagai newbie, ia tidak melakukan transaksi sendiri melainkan titip temannya yang kuliah di Universitas Indonesia (UI). Jadi, ia tidak menggunakan akun sendiri, tetapi akun milik rekannya.

Di dalam kepalanya, dengan lokasi Universitas beralmamater kuning ini lebih dekat dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ/sekarang BEI), keamanan transaksi terjamin dan pasti untung.

Jangankan membedah profil dan kondisi finansial perusahaan yang sahamnya ia beli, tahu juga tidak uangnya dibelikan saham apa saja. Penikmat musik Jazz ini mempercayakan semua dananya ke temannya itu. Tak pelak, dana Rp 20 juta pun raib tanpa bekas.

Tidak kapok, ia pun mencoba ke bursa komoditas. Segendang sepenarian, ia pun amsiong ketika mengambil posisi di komoditas.

Semakin banyak pengalaman, ia pun mulai menata keranjang investasinya. Hal ini dilakukan sejak ia meniti karier dan memiliki penghasilan sendiri.

Pria dua anak ini mengawali pekerjaannya sebagai auditor. Ia pernah menjejakkan kakinya dan berkontribusi pada dua lembaga auditor kenamaan, yakni KPMG Indonesia dan Ernst & Young (EY) mulai dari 1995 hingga 2002. Dua tahun ia mengabdi di KPMG dan lima tahun di EY.

Keranjang investasi mulai tertata lebih rapi. Selain saham, ia kemudian menjajaki reksadana yang dinilai memiliki risiko lebih minim. Hal ini untuk mengimbangi portofolio investasi.

Sebagai auditor, ia tahu benar, mana perusahaan yang dinilai sehat atau tidak. Ilmu ini dimanfaatkan untuk menganalisa sebelum memutuskan membeli saham surat perusahaan.

Kendati pernah buntung, ia tidak kapok. Justru, dengan pengalaman dan ilmu yang kian matang, ia jadi tahu benar tujuan investasinya.

Untung besar

Ketika terjadi krisis di 1998, pasar modal Indonesia ambruk. Banyak saham berguguran, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun melesat tajam. Bukannya lari, ia justru mendekat ke pasar saham waktu itu.

"Banyak perusahaan yang fundamentalnya bagus, tetapi karena kondisi ketika itu, jadi terkena imbas," terang pria jebolan Master Program jurusan Finansial di GS Fame ini.

IHSG yang awalnya di level 2.000, perlahan tapi pasti merangkak, bahkan kini sudah di level 4.000-an, bahkan sempat menembus level 5.000. Investor yang sabar dan cermat tentu memperoleh cuan yang melejit. Termasuk Ronny.

Menurut dia, siklus krisis lima tahunan benar adanya. Coba saja diingat, dari 1998, lalu 2008-2009, kemudian 2015, namun sudah mulai terasa sejak 2013 lalu.

Seiring berjalannya waktu, profil investasi pria yang dibesarkan di keluarga tentara ini semakin memilih cara aman. Terlebih, ketika mulai merajut rumah tangga. Ia lebih berhati-hati untuk menyisihkan dana menganggurnya untuk berinvestasi.

Saat ini, porsi deposito lebih banyak, yakni sekitar 70%-80%. Kemudian, reksadana 15%-25%. Sedangkan, saham, hanya tersisa 5%.

Kendati porsinya ciut, tinggal 5%, ia benar-benar memanfaatkan momentum untuk meneguk untung. Memang, tidak setiap hari trading, tetapi, ia akan memperbarui portofolio sahamnya seminggu hingga dua minggu sekali. Fundamental tetap menjadi dasar pilihannya berinvestasi di saham.

"Saat ini, saya hanya pilih saham-saham blue chip, cari aman saja," tuturnya.

Namun, jika saham-sahamnya itu belum mencetak cuan, maka ia tidak akan melepasnya. Ia akan dengan sabar menunggu hingga ada ruang profit untuk melepasnya.

Ronny mengaku, istrinya lebih bersifat konservatif. Jika ingin mendapat uang banyak, ya harus bekerja, bukan berinvestasi di industri keuangan.

Bukan hal yang mudah bagi dirinya untuk memberikan pemahaman mengenai investasi di industri keuangan kepada dua buah hatinya. Selain bersebrangan dengan sang istri, kedua anaknya sekolah di sekolah Islam.

Mengingat kedua anaknya masing-masing masih duduk di bangku SMU dan SMP, maka pendidikan keuangan masih ditangani oleh istrinya. Ia khawatir, jika ilmu finansialnya ditanamkan ke anak-anaknya, maka dampaknya tidak akan baik.

Yang ada, belum punya penghasilan, nanti sudah mau pinjam uang untuk berinvestasi. Tetapi, seperti diketahui, saat ini, ilmu tentang pasar modal sudah diperkenalkan sejak bangku SMU. Sedikit-sedikit, Ronny memberi wejangan kepada buah hatinya itu. Sama halnya seperti para pemain baru, hal utama yang ia tanamkan adalah tabung uang sebanyak-banyaknya.

Jika sudah dinilai cukup, buka tabungan lain, begitu seterusnya. Jika sudah cukup, baik dari segi dana dan pengetahuan, maka salah satu rekening bisa digunakan untuk berinvestasi.

Saat ini, kedua buah hatinya sudah memiliki tabungan sendiri-sendiri. Si sulung, sedikit-sedikit sudah mengerti mengenai tabungan syariah. Tabungannya pun terintegrasi dengan produk investasi berupa reksadana. Tetapi, posisinya tetap masih sebagai investor pasif. Ia hanya tahu kalau reksadana bisa menghasilkan bagi hasil seperti halnya tabungan.

Ronny juga memberikan gambaran bahwa investasi di pasar modal itu bukan judi. Judi terjadi jika yang diperjualbelikan tidak ada. Tetapi, investasi di saham, yang diperjualbelikan jelas. Apalagi, sekarang sudah ada saham yang masuk kategori syariah dan broker yang melayani jenis transaksi halal ini.

Sedangkan, untuk anak yang ke dua, ia juga membukakan tabungan, namun orang tuanya menjadi wakil yang sah atas rekening tersebut (QQ). "Ini untuk memberikan literasi keuangan lebih dini kepada mereka," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×