kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerbitan Surat Utang Korporasi Diproyeksikan Meningkat Di 2024


Senin, 15 Januari 2024 / 09:31 WIB
Penerbitan Surat Utang Korporasi Diproyeksikan Meningkat Di 2024
ILUSTRASI. Penerbitan surat utang korporasi Indonesia akan meningkat pada tahun 2024.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi Indonesia akan meningkat pada tahun 2024. Hal ini terlepas dari kenaikan suku bunga di bulan Oktober 2023 dan ketidakpastian yang timbul dari pemilihan umum, serta transisi pemerintahan selanjutnya.

Fitch Rating, dalam laporannya Rabu (27/12/2023) memaparkan, penerbitan domestik akan didukung oleh peningkatan kebutuhan pembiayaan kembali atas obligasi lokal yang jatuh tempo pada tahun 2024 dan kebutuhan pendanaan belanja modal dari sektor pulp dan kertas, telekomunikasi, dan hilirisasi mineral.

"Kami memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi non-keuangan dalam negeri akan pulih pada tahun 2024 setelah menurun menjadi di bawah Rp 65 triliun pada tahun 2023, dari puncaknya pada tahun 2022 yang mencapai sekitar Rp 100 triliun," jelas Fitch Rating dalam laporannya.

Baca Juga: PHEI Memperkirakan Kinerja Pasar Obligasi di 2024 Berpotensi Tumbuh

Di sisi lain, Fitch menilai tingkat gagal bayar surat utang korporasi dalam negeri di tahun 2024 akan bergantung pada kemampuan kontraktor BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dalam memenuhi kewajiban pembayaran obligasi dan sukuknya.

Dijelaskan, WIKA melewatkan pembayaran pokok sukuk senilai Rp 184 miliar dan memperpanjang jatuh tempo obligasi senilai Rp 331 miliar pada Desember 2023. Perusahaan memiliki obligasi dan sukuk yang jatuh tempo senilai Rp 1,5 triliun pada tahun 2024 di tengah proses restrukturisasi yang sedang berlangsung.

Total pokok obligasi korporasi domestik yang gagal bayar melonjak menjadi Rp 5,6 triliun hingga November 2023. Angka itu dua kali lipat dari jumlah di tahun 2022 dan lebih dari setengah dari puncak gagal bayar pada tahun pandemi 2020.

Baca Juga: Pemerintah Bakal Terbitkan SBN Ritel 8 Kali Tahun Ini, Mana yang Paling Menarik?

Menurut Fitch, hal ini terjadi setelah serangkaian gagal bayar yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi negara lainnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, atas seluruh obligasi yang tidak dijamin oleh pemerintah.

"Kami memperkirakan bahwa akses terhadap pendanaan obligasi domestik akan tetap menjadi tantangan bagi kontraktor BUMN pada tahun 2024 karena gagal bayar tersebut," imbuh Fitch Rating.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×