kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerbitan Obligasi di Awal 2022 Ramai, Berikut Faktor Pendorongnya


Minggu, 20 Februari 2022 / 19:04 WIB
Penerbitan Obligasi di Awal 2022 Ramai, Berikut Faktor Pendorongnya
ILUSTRASI. Dari awal 2022 sampai dengan Jumat (18/2), Bursa Efek Indonesia sudah mencatatkan tujuh emisi dengan total nilai Rp 5,11 triliun dari enam emiten.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi dan sukuk korporasi masih menjadi salah satu sumber pendanaan favorit emiten.  Dari awal 2022 sampai dengan Jumat (18/2), Bursa Efek Indonesia sudah mencatatkan tujuh emisi dengan total nilai Rp 5,11 triliun dari enam emiten.

Dalam waktu dekat, masih ada beberapa emiten yang akan menerbitkan obligasi dan sukuk dengan nilai emisi tergolong jumbo. Sebut saja PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang masing-masing akan menawarkan obligasi senilai Rp 2,2 triliun dan Rp 1,4 triliun, serta PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang akan menerbitkan obligasi dan sukuk dengan total nilai Rp 830,5 miliar.

Head of Fixed Income PT Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menilai, ramainya penerbitan obligasi dan sukuk di awal 2022 ini sehubungan dengan ekspektasi para emiten bahwa suku bunga saat ini secara umum cukup rendah. Emiten juga mengantisiapsi peningkatan cost of fund seiring dengan langkah bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.

"Jika emiten meyakini suku bunga dapat mengalami kenaikan di masa depan, mereka dapat menghemat cost of fund yang sangat berarti bagi bottom line, mengingat obligasi dan sukuk memiliki tingkat bunga yang tetap" kata Dimas saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (20/2).

Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) Menerbitkan Obligasi Untuk Melunasi Sebagian Pinjaman

Faktor lain yang tak kalah penting adalah membaiknya prospek bisnis dari berbagai sektor. Dengan begitu, banyak perusahaan yakin bahwa penggunaan dana tambahan dari pasar modal dapat mereka utilisasi dengan optimal.

Obligasi juga masih menjadi pilihan favorit karena tingkat likuiditas pasar obligasi sangat tinggi sehingga dapat meminimalkan risiko undersubscribe penerbitan obligasi.

Dari segi serapan pasarnya, Dimas menilai, pelaku pasar masih terlihat antusias terhadap penerbitan obligasi korporasi. "Dengan cost of fund para investor obligasi seperti bank yang terus turun, obligasi korporasi yang berkualitas masih terus diburu baik di pasar primer dan sekunder," ucap Dimas.

Meskipun secara teoritis yield obligasi dapat meningkat dan harganya turun dari posisi sekarang seiring dengan potensi kenaikan suku bunga acuan, pelaku pasar masih harus terus menyalurkan likuiditas. Secara fundamental, pelaku pasar juga melihat potensi koreksi harga obligasi kemungkinan akan cenderung terbatas, mengingat masih sangat tingginya real yield Indonesia dibandingkan negara-negara emerging market lainnya.

Baca Juga: Beberapa Emiten Ini Bersiap Menerbitkan Obligisi dengan Nilai Jumbo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×