Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi dan sukuk korporasi masih menjadi salah satu sumber pendanaan favorit emiten. Sejak awal tahun 2022 sampai dengan Jumat (18/2), Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mencatatkan tujuh emisi dengan total nilai Rp 5,11 triliun dari enam emiten.
Dalam waktu dekat, masih ada beberapa emiten yang akan menerbitkan obligasi dan sukuk dengan nilai emisi tergolong jumbo. Sebut saja PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang masing-masing akan menawarkan obligasi senilai Rp 2,2 triliun dan Rp 1,4 triliun, serta PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang akan menerbitkan obligasi dan sukuk dengan total nilai Rp 830,5 miliar.
TBIG akan menggunakan dana hasil obligasi untuk melunasi sebagian kewajiban anak usahanya, yakni PT Tower Bersama terkait fasilitas pinjaman revolving US$ 275 juta yang akan jatuh tempo pada Juni 2026. Fasilitas pinjaman ini memiliki tingkat bunga 1,85% per tahun di atas Libor untuk kreditur dalam negeri dan 1,75% per tahun di atas Libor untuk kreditur luar negeri.
Per 11 Februari 2022, saldo kewajiban utang Tower Bersama dalam fasilitas pinjaman ini sebesar US$ 265 juta atau setara dengan Rp 3,8 triliun. Dengan pembayaran fasilitas pinjaman kepada para kreditur, saldo kewajiban atas fasilitas pinjaman ini akan berkurang menjadi US$ 112,4 juta atau setara Rp 1,61 triliun.
Baca Juga: Ada 15 Obligasi yang Akan Jatuh Tempo Februari 2022, Nilainya Rp 10,2 Triliun
Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, penerbitan obligasi Rp 2,2 triliun dengan tingkat bunga tetap 3,75% dan 5,90% per tahun dilakukan untuk mendiversifikasi sumber pendanaan TBIG. Obligasi rupiah menjadi pilihan TBIG karena memiliki tingkat bunga menarik untuk tenor yang lebih pendek.
Sementara itu, obligasi dollar Amerika Serikat (AS) dan pinjaman bank biasanya memiliki tingkat suku bunga lebih tinggi, tetapi untuk jangka waktu yang lebih panjang. "Jadi, penerbitan obligasi rupiah kami lakukan secara rutin sebagai strategi diversifikasi pendanaan," kata Helmy saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (20/2).
Helmy meyakini, refinancing utang bank anak usahanya dengan menerbitkan obligasi rupiah juga akan memperbaiki kondisi keuangan TBIG. Menurutnya, besaran beban bunga yang bisa dikurangi terbilang cukup signifikan.
Tak jauh berbeda, SGRO juga akan menerbitkan obligasi Rp 525,38 miliar dan sukuk ijarah Rp 305,11 miliar untuk mempercepat pembayaran sebagian pokok utang bank perusahaan dan anak usahanya. Kreditur yang dimaksud terdiri dari Indonesia Eximbank, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Head of Investor Relations SGRO Stefanus Darmagiri mengatakan, rencana penerbitan obligasi dan sukuk dengan tingkat bunga 7,15%-8,40% merupakan kelanjutan dari strategi perusahaan untuk debt reprofiling yang telah dilakukan sejak 2020. Tujuannya adalah untuk memperkuat profil keuangan yang dapat meningkatkan posisi neraca keuangan.
Melalui refinancing utang bank dengan obligasi dan sukuk SGRO bisa mengurangi beban bunganya serta mendiversifikasi sumber pendanaannya. "Posisi neraca keuangan perusahaan dapat meningkat dengan mengurangi jumlah utang ke level yang lebih sustainable sebagai future cash flow generating business," tutur Stefanus.
Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Akan Menerbitkan Obligasi Rp 2,2 Triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News