Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, pinjaman BMRI menyumbang 59,8% dari total aset, sementara obligasi pemerintah berkontribusi sekitar 22% dari asetnya dan lebih 50% ditempatkan pada instrumen pendapatan tetap dengan jangka waktu pendek-menengah.
“Saldo pendanaan meningkat 9,62% YoY di kuartal I 2023, karena didorong oleh rekening tabungan berbiaya rendah yang membantu current account saving account (CASA) ikut terkerek,” ujarnya.
Loan at risk (LaR) BMRI di kuartal I 2023 sebanyak 11,3%, lebih rendah dari tahun 2022 yang tercatat sebesar 11,7%.
Baca Juga: Peroleh Kontrak Baru dari Australia, Begini Rencana Bisnis Delta Dunia Makmur (DOID)
Meski masih lebih tinggi dari level preCovid sebesar 9,1% di tahun 2019, namun rasio LaR terus membaik.
“Penurunan LaR didorong oleh non performing loan (NPL) yang lebih rendah, meskipun special mention loan (SML) sedikit meningkat,” paparnya.
Namun, pinjaman BMRI di kuartal I 2023 stabil di 94%. Cakupan pinjaman juga cukup luas, dengan rasio cakupan NPL & LaR masing-masing mencapai 303% dan 47% di kuartal I 2023.
“Selain itu, tingkat pemulihan penghapusan juga meningkat. Jika tren berlanjut, ini akan meningkatkan pendapatan non-bunga BMRI,” tuturnya.
Baca Juga: Mudik Lebaran Semarak, Uang Elektronik Banjir Transaksi
Tirta pun merekomendasikan Hold untuk BMRI dengan target harga Rp 5.250 di tahun 2023.
“Meskipun kinerjanya positif di kuartal I ini, tetapi faktor makro di tahun 2023 dinilai bisa sangat membatasi kinerja BMRI di tahun 2023,” kata Tirta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News