Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) sepanjang 2019 berhasil tumbuh signifikan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan IKAI melonjak 649,29% secara year on year (yoy) menjadi Rp 84,52 miliar dari sebelumnya Rp 11,28 miliar.
Kenaikan pendapatan ini didominasi oleh pendapatan hotel yang kini berkontribusi 96,05% atau setara Rp 81,18 miliar. Padahal du tahun 2018 silam, pendapatan dari hotel ini hanya Rp 6,7 miliar.
Sementara itu penjualan keramik di tahun lalu hanya Rp 3,36 miliar. Artinya, kontribusi pos ini hanya 3,98% terhadap total pendapatan IKAI. Selain itu, penjualan keramik ternyata turun 26,48% yoy dari Rp 4,57 miliar di akhir 2018 silam.
Baca Juga: Intikeramik Alamasri Industri (IKAI) akui paket isolasi diri dapat respon positif
Kontribusi keramik mengalami penurunan karena fokus perusahaan melakukan peremajaan mesin produksi untuk memaksimalkan kapasitasnya. IKAI menargetkan bisa meningkatkan kapasitas produksi secara bertahap sebesar 1,2 juta meter persegi per tahun, hingga mencapai kapasitas penuh sebesar 6,2 juta meter persegi setiap tahunnya.
Namun, pendapatan IKAI yang tumbuh drastis, juga diimbangi oleh beban-beban yang membengkak. Misalnya saja, beban pokok pendapatan yang capai Rp 22,61 miliar dari sebelumnya Rp 5,53 miliar. Selain itu ada juga beban keuangan perusahaan juga melonjak dari Rp 5,09 miliar menjadi Rp 30,58 miliar.
Akibatnya, IKAI mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga Rp 67,57 miliar sepanjang tahun 2019. Padahal, tahun sebelumnya IKAI bisa mencatatkan keuntungan hingga Rp 71,64 miliar.
Adapun penurunan profitabilitas ini berkaitan dengan strategi ekspansi perusahaan dalam melakukan penguatan bisnis yang telah dimulai sejak akhir 2018. Perusahaan yang memproduksi keramik merek Esenza itu mulai merambah bisnis perhotelan.
Di tahun 2018, IKAI mengakuisisi tiga hotel yakni Swiss-Belhotel Bogor,Swiss-Belinn Gajah Mada Medan, dan Hotel Saka Medan. Diversifikasi ini dilakukan untuk mengurangi risiko usaha dalam menopang pertumbuhan perusahaan serta menciptakan sinergi dengan lini bisnis lainnya dalam jangka panjang.
Sekadar informasi, sepanjang tahun 2019 IKAI mengantongi total aset hingga Rp 1,36 triliun naik tipis dari tahun sebelumnya Rp 1,34 triliun. Sementara itu liabilitasnya ditekan 18,77% yoy menjadi Rp 440,98 miliar dan ekuitasnya naik 15,41% YoY menjadi Rp 916,55 miliar.
Di tahun 2020, Presiden Direktur IKAI Teuku Johas Raffli mengaku bahwa pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi operasi bisnis perusahaan. Pihaknya terus meninjau dan menerapkan inisiatif-inisiatif strategis baru untuk mempertahankan bisnisnya.
"Kami telah melakukan penilaian dampak pandemi ini terhadap operasional perusahaan dan oleh karena itu kami akan lebih fokus pada peningkatan efisiensi dan ketahanan sebagai strategi penanggulangan terhadap situasi ini," kata dia dalam keterbukaan informasi yang dikutip Kontan.co.id, Senin (4/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News