kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penawaran masuk dalam lelang SUN hari ini capai Rp 94,97 triliun, begini kata analis


Selasa, 21 Januari 2020 / 19:46 WIB
Penawaran masuk dalam lelang SUN hari ini capai Rp 94,97 triliun, begini kata analis
ILUSTRASI. Suasana perdagangan SUN di BNI Treasury, Jakarta Pusat.


Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan rupiah yang konsisten ditambah dengan likuiditas di pasar serta perilaku investor yang cenderung beralih ke aset tanpa risiko membuat hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) hari ini melonjak dari hasil lelang sebelumnya.

Merujuk data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, nilai penawaran masuk pada lelang SUN Senin (21/1) tercatat sebesar Rp 94,97 triliun, melonjak hampir Rp 10 triliun dari hasil lelang 7 Januari lalu.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana menyebut, kelebihan permintaan terjadi pada penawaran SUN kali ini hingga lebih dari empat kali. Fikri menilai melonjaknya pemintaan investor terhadap lelang SUN kali ini didorong oleh perilaku front loading investor.

Baca Juga: Penawaran lelang SUN hari ini diprediksi tembus Rp 60 triliun

“Saya melihat perilaku front loading investor tampaknya menjadi hal mendorong kenapa permintaan dan oversubscribe lelang SUN melebihi empat kali. Perilaku tersebut didorong oleh perilaku rasional opportunistic investor guna memanfaatkan yield yang lebih baik, seiring kemungkinan penurunan suku bunga ke depan serta perilaku risk averse investor yang beranjak dari asset class dengan risiko lebih tinggi ke risk free asset,” tutur Fikri yang dihubungi Kontan.co.id Selasa (21/01).

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah menambahkan penguatan rupiah yang konsisten dan kondisi pasar saham yang terkena isu likuidasi buat SUN banyak diminati.

“Persepsi investor terhadap instrumen efek yang likuiditasnya tinggi masih di obligasi negara. Dengan peluang yield 10 tahun bisa menyentuh ke level 6,50%, dengan kondisi penguatan rupiah yang konsisten, dengan kondisi pasar saham yang kena isu likuidasi dari beberapa MI yang harus bayar kewajiban, hal tersebut menjadikan obligasi negara di atas angin dan mendapatkan banyak permintaan,” kata Rio.

Di sisi lain, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan likuiditas di pasar yang tinggi buat para investor mencari instrumen untuk peroleh cuan dan masuk ke pasar obligasi. 

Hal ini juga terkait pasar yang sepertinya mulai beralih ke instrumen yang lebih aman pasca pasar saham yang diterjang beberapa berita negatif belakangan ini. Faktor eksternal meredanya perang dagang juga berdampak positif pada pasar obligasi disamping stabilitas ekonomi dalam negeri.

“Di tengah banyaknya dananya masuk ke pasar obligasi saya rasa tidak lepas dari pasar saham yang pastinya cukup tertekan oleh beberapa kasus yang mencuat belakangan ini. Misalnya kasus reksadana yang harus tutup, rata-rata dasarnya kan dari saham. Pasar sahamnya tertekan, instrumen obligasi salah satu yang favorit sekarang,” kata Ramdhan.

Kendati demikian, meskipun nilai penawaran melambung tinggi nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang kali ini masih sama dengan nominal yang berhasil dimenangkan pada lelang terakhir yakni sebesar Rp 20 triliun.

Pada lelang kali ini, seri SPN03200422 dengan tenor jangka pendek 4 bulan justru jadi seri yang paling diminati investor. Terbukti dari jumlah penawaran yang masuk yang mencapai Rp 21,99 triliun. Sementara Seri FR0082 denga tenor jangka panjang 10 tahun yang biasanya paling diminati kali ini hanya peroleh nilai penawaran sebesar Rp 17,22 triliun.

Rio menilai tren investor masuk ke tenor pendek ini hanya tren sementara yang didorong oleh menguatnya rupiah yang membuat investor merasa lebih aman untuk masuk ke tenor pendek seandainya terjadi koreksi pada rupiah.

Baca Juga: Pemerintah melelang tujuh seri SUN, tenor 10 tahun akan jadi primadona

Di sisi lain, Fikri menilai meningkatnya permintaan investor untuk tenor jangka pendek juga didorong oleh Kemenkeu yang memberikan alokasi yang cukup banyak untuk tenor jangka pendek.

“Kalau saya melihat, ini didorong oleh Kemenkeu selaku issuer. Terindikasi dari alokasi yang diberikan oleh Kemenkeu yang juga banyak untuk tenor jangka pendek dimana maksimal 50%. Saya juga melihat perilaku tersebut dikarenakan cost of fund tenor jangka pendek yang lebih rendah serta adanya kebutuhan jangka pendek pemerintah, setidaknya hingga penerimaan negara terkumpul via PPh yang biasanya baru bergerak signifikan di Maret, sedangkan pemerintah mendorong pengeluaran lebih dipercepat,” kata Fikri menerangkan.

Prospek SUN dinilai masih akan menarik. Ramdhan bilang, masih maraknya tekanan di instrumen lain akan membuat SUN berjaya tahun ini.

“Tahun ini masih menjadi yang favorit. Kenapa? Karena instrumen lain seperti saham masih banyak tekanan,” tutur Ramdhan.

Begitupula dengan Fikri yang nilai ke depan SUN masih akan prospektif didorong sentimen global maupun domestik di antaranya spread yield SUN dan US Treasury masih sangat lebar, stabilitas rupiah, fundamental Indonesia yang cukup baik dibanding negara peers, kebijakan moneter yang dovish dan akomodatif serta perilaku investor yang masih front loading dan memburu aset tanpa risiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×