Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Herlina Kartika Dewi
Kendati demikian, meskipun nilai penawaran melambung tinggi nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang kali ini masih sama dengan nominal yang berhasil dimenangkan pada lelang terakhir yakni sebesar Rp 20 triliun.
Pada lelang kali ini, seri SPN03200422 dengan tenor jangka pendek 4 bulan justru jadi seri yang paling diminati investor. Terbukti dari jumlah penawaran yang masuk yang mencapai Rp 21,99 triliun. Sementara Seri FR0082 denga tenor jangka panjang 10 tahun yang biasanya paling diminati kali ini hanya peroleh nilai penawaran sebesar Rp 17,22 triliun.
Rio menilai tren investor masuk ke tenor pendek ini hanya tren sementara yang didorong oleh menguatnya rupiah yang membuat investor merasa lebih aman untuk masuk ke tenor pendek seandainya terjadi koreksi pada rupiah.
Baca Juga: Pemerintah melelang tujuh seri SUN, tenor 10 tahun akan jadi primadona
Di sisi lain, Fikri menilai meningkatnya permintaan investor untuk tenor jangka pendek juga didorong oleh Kemenkeu yang memberikan alokasi yang cukup banyak untuk tenor jangka pendek.
“Kalau saya melihat, ini didorong oleh Kemenkeu selaku issuer. Terindikasi dari alokasi yang diberikan oleh Kemenkeu yang juga banyak untuk tenor jangka pendek dimana maksimal 50%. Saya juga melihat perilaku tersebut dikarenakan cost of fund tenor jangka pendek yang lebih rendah serta adanya kebutuhan jangka pendek pemerintah, setidaknya hingga penerimaan negara terkumpul via PPh yang biasanya baru bergerak signifikan di Maret, sedangkan pemerintah mendorong pengeluaran lebih dipercepat,” kata Fikri menerangkan.
Prospek SUN dinilai masih akan menarik. Ramdhan bilang, masih maraknya tekanan di instrumen lain akan membuat SUN berjaya tahun ini.
“Tahun ini masih menjadi yang favorit. Kenapa? Karena instrumen lain seperti saham masih banyak tekanan,” tutur Ramdhan.
Begitupula dengan Fikri yang nilai ke depan SUN masih akan prospektif didorong sentimen global maupun domestik di antaranya spread yield SUN dan US Treasury masih sangat lebar, stabilitas rupiah, fundamental Indonesia yang cukup baik dibanding negara peers, kebijakan moneter yang dovish dan akomodatif serta perilaku investor yang masih front loading dan memburu aset tanpa risiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News