kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemilu bisa munculkan dilema bagi penerbit surat utang korporasi


Selasa, 19 Februari 2019 / 19:59 WIB
Pemilu bisa munculkan dilema bagi penerbit surat utang korporasi


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vice President Financial Institution Ratings Division PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Hendro Utomo menyampaikan, tahun ini perusahaan-perusahaan yang akan menerbitkan surat utang berada dalam situasi dilema. Situasi ini muncul akibat benturan sentimen positif dan negatif yang membayangi pasar obligasi sepanjang tahun ini.

Hendro menjelaskan, sepanjang semester I-2019 kemungkinan besar suku bunga acuan tidak berubah. Di atas kertas, seharusnya momen tersebut bisa dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan untuk menerbitkan surat utang sebelum suku bunga acuan kembali naik.

Akan tetapi, di semester I-2019 pula perusahaan terpaksa lebih berhati-hati untuk menerbitkan surat utang mengingat adanya agenda pemilu serentak. Sikap tersebut biasanya ditunjukkan oleh perusahaan yang hendak merilis surat utang untuk kebutuhan ekspansi.

“Sinyal wait and see perusahaan terkait isu pemilu sudah terlihat dari akhir tahun lalu. Saat itu penerbitan surat utang mulai turun,” paparnya, Selasa(19/2).

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menambahkan, risiko politik sejatinya hanya akan berdampak terhadap perusahaan-perusahaan yang kegiatan bisnisnya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.

Kendati begitu, ia mengaku, di tengah risiko perlambatan ekonomi global, penerbitan surat utang korporasi hanya akan tumbuh di level konservatif. 
“Pendanaan lewat penerbitan surat utang sulit dilakukan secara gencar di tahun ini, walau isu kenaikan Fed Fund Rate agak mereda,” tuturnya.

Sebagai catatan, dalam sebuah paparan, Pefindo memproyeksikan, jumlah penerbitan surat utang korporasi di tahun 2019 mencapai Rp 135,2 triliun. Angka ini meningkat Rp 2,8 triliun dibandingkan realisasi penerbitan di tahun lalu sebesar Rp 132,4 triliun.

Desmon melanjutkan, perusahaan juga tidak bisa terlalu leluasa menerbitkan surat utang mengingat adanya potensi pengetatan likuiditas di pasar. Hal ini mengingat pemerintah juga memperbanyak penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel.

Walau kedua instrumen ini memiliki banyak perbedaan dari segi karakteristik, sentimen ini tetap menjadi risiko bagi perusahaan. Apalagi, SBN ritel menjanjikan tingkat keamanan yang lebih baik ketimbang surat utang korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×