kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.066   81,71   1,17%
  • KOMPAS100 1.058   17,53   1,69%
  • LQ45 832   15,02   1,84%
  • ISSI 214   1,26   0,59%
  • IDX30 424   8,30   1,99%
  • IDXHIDIV20 511   9,19   1,83%
  • IDX80 121   1,97   1,66%
  • IDXV30 125   0,64   0,51%
  • IDXQ30 141   2,48   1,78%

Mengintip reksadana Prospera Obligasi racikan Prospera Asset Management


Senin, 18 Februari 2019 / 18:01 WIB
Mengintip reksadana Prospera Obligasi racikan Prospera Asset Management


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jeli memilih obligasi korporasi, reksadana Prospera Obligasi milik Prospera Asset Management berhasil berkinerja lebih tinggi dari rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap.

Berdasarkan fund fact sheet per Januari 2019 komposisi portofolio reksadana ini terdiri dari 94,92% pada obligasi dan sebesar 5,08% pada pasar uang.

Alokasi aset terbesar pada reksadana ini berada di obligasi korporasi dengan porsi 81,1% dan sebesar 18,9% berada di obligasi pemerintah.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan reksadana ini memang khusus menerapkan strategi yang fokus pada obligasi korporasi.

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada setiap obligasi korporasi yang dipilih adalah memiliki rating minimal BBB.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, mengatakan yield obligasi korporasi memang lebih menarik dari obligasi negara karena bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.

"Jika memiliki obligasi korporasi dengan rating BBB wajar bila memiliki kinerja tinggi, karena tawaran imbal hasil dengan rating tersebut bisa berkisar 8%-10%," kata Wawan, Rabu (13/2).

Menurut Wawan, selama fund manager mampu menjaga risiko obligasi korporasi dengan baik memang yield obligasi korporasi lebih menarik dari obliagsi pemerintah.

Dalam menyaring obligasi korporasi yang berkualitas, Eric menjelaskan kriteria lain yang diterapkan adalah perusahaan penerbit obligasi harus memiliki reputasi baik dan konsisten menghasilkan laba bersih yang positif.

"EBITDA lebih besar dari interest expense dan ratio utang terhadap nilai buku di bawah dua kali, juga dijadikan pertimbangan," kata Eric, Rabu (13/2).

Sementara, pertimbangan dalam memilih obligasi pemerintah yang dilihat adalah faktor likuiditas, oleh karena itu, reksadana ini fokus pada seri obligasi negara yang menjadi acuan saja.

Mengenai tenor obligasi pemerintah, Eric mengaku melakukan penyesuaian target durasi portofolio yang ingin dicapai. "Saat ini kami fokus pada seri benchmark tenor lima dan 10 tahun," kata Eric.

Berdasarkan data Infovesta Utama per Selasa (15/2) dalam setahun terakhir reksadana ini mampu catatkan kinerja sebesar 2,64%.

Kinerja tersebut lebih tinggi dari kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta Fixed Income Fund Index yang tercatat turun 1,43% di periode yang sama.

Wawan mengatakan kinerja reksadana ini bisa positif karena fokus berada di obligasi korporasi yang tidak mengalami koreksi di tahun lalu setajam obligasi pemerintah.

Selama suku bunga acuan Bank Indonesia tidak mengalami kenaikan, Wawan memproyeksikan kinerja reksadana ini akan tetap positif.

Sementara, Eric memproyeksikan dengan suku bunga acuan BI yang tetap di level 6% maka kinerja reksadana ini akan lebih baik. Eric menargetkan pertumbuhan kinerja reksadana ini sebesar 8% selama satu tahun ke depan.

Per Januari 2019 dana kelolaan reksadana yang meluncur sejak 10 Juni 2005 ini sebesar Rp 36,11 miliar. Prospera AM menargetkan dana kelolaan bisa bertumbuh ke Rp 50 miliar di akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×