kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.326   -51,00   -0,31%
  • IDX 7.190   22,76   0,32%
  • KOMPAS100 1.048   2,41   0,23%
  • LQ45 816   0,83   0,10%
  • ISSI 225   0,66   0,29%
  • IDX30 426   -0,19   -0,04%
  • IDXHIDIV20 504   -0,58   -0,11%
  • IDX80 118   0,05   0,04%
  • IDXV30 120   0,30   0,25%
  • IDXQ30 139   -0,24   -0,17%

Pemerintah terus menggeber utang


Jumat, 06 Februari 2015 / 09:10 WIB
Pemerintah terus menggeber utang
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Selain hobi menggenjot penerimaan pajak, pemerintah juga ngebut menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) pada awal tahun ini demi menambal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015.

Dengan strategi penerbitan obligasi mulai awal tahun (front loading), pemerintah sudah menerbitkan seperempat dari target bruto 2015. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan mencatat, per 2 Februari 2015, total penerbitan SUN mencapai Rp 91,73 triliun. Ditambah hasil lelang pada 3 Februari, total jenderal Rp 107,73 triliun atau setara 25,01% dari target penerbitan SUN bruto yang dalam APBN 2015 mencapai sebesar Rp 430,66 triliun.

Dalam Rancangan APBN-Perubahan (RAPBN-P) 2015, target penerbitan bruto surat utang negara naik menjadi Rp 460 triliun. Namun RAPBN-P masih dibahas dan belum disahkan DPR. Pemerintah memang sangat agresif menerbitkan SUN di awal tahun karena memanfaatkan momentum turunnya yield. “Pemerintah menerbitkan SUN dalam jumlah besar sehingga cost of fund rendah,” ujar Head of Debt Research Danareksa Sekuritas Yudistira Slamet.

Ia memprediksi, pada akhir semester I-2015, penerbitan SUN bisa mencapai 60%-70% dari target bruto. Dengan catatan, minat investor asing tetap tinggi. Strategi front loading menyebabkan pasokan SUN cukup melimpah. Tapi hati-hati, per 4 Februari 2015, porsi asing di SUN kian gemuk, yakni 40% dari nilai outstanding. Artinya, tingkat volatilitas pasar akan semakin tinggi.

Menurut Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar, strategi front loading memang disokong permintaan asing yang cukup besar. “Bisa dibilang suporter utama dari investor asing,” ujar Kumar. Ia menilai, penurunan yield tidak akan berlangsung lama. Jadi, investor asing bakal cepat merealisasikan keuntungan (profit taking).

Kumar menduga, yield SUN tenor 10 tahun yang Kamis (5/2) di level 7,01%, akan naik ke 8,1% pada akhir kuartal I-2015 dan di level 8,4% pada akhir tahun. Yield juga bisa terkerek kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) dan babak baru ketegangan Yunani di Zona Eropa. Sementara, volatilitas pasar SUN dipengaruhi kinerja rupiah.

Jika rupiah terdepresiasi, pasar SUN langsung bergejolak. Yudistira menyarankan, investor domestik menunggu penerbitan SUN seri acuan 2016 yang mungkin terbit September atau Oktober 2015. Seri baru ini bakal likuid di 2016 dan berpotensi memberi capital gain

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×