Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat, khususnya di Jawa hingga Bali pada 11 Januari hingga 225 Januari. Adapun pembatasan yang diperketat antara lain pembatasan Work From Office (WFO) yang mana hanya menjadi 25% dan Work From Home (WFH) menjadi 75%.
Kedua, kegiatan belajar mengajar masih akan daring. Ketiga, sektor esensial khusus kebutuhan pokok masih akan beroperasi 100% namun dengan protokol kesehatan. Keempat, dilakukan pembatasan jam buka pusat perbelanjaan alias mal sampai jam 19.00 WIB. Untuk restoran 25% dan pemesanan makanan harus take away dan delivery bisa tetap buka.
Kelima, konstruksi masih tetap berjalan 100% dengan protokol kesehatan ketat dan rumah ibadah dibatasi 50%. Fasilitas umum ditutup sementara dan moda transportasi diatur lebih jauh.
Baca Juga: PMI Manufaktur naik, saham-saham ini dijagokan para analis
Seiring dengan kebijakan pemerintah tersebut, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,17% menuju level 6.065,68 pada perdagangan Rabu (6/1).
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, kebijakan pengetatan kegiatan ini secara psikologis dapat mempengaruhi pergerakan harga. Terlebih ada potensi asumsi makro yang dapat berubah dimana pengetatan tersebut dapat memberikan tekanan pada pendapatan emiten yang terkena dampak langsung seperti retail dan restoran.
“Dengan skema terburuk terburuk, kami melihat penurunan sifatnya terbatas di level 5.950 - 5.850,” terangnya pada Kontan, Rabu (6/1).
Secara keseluruhan, ia menyampaikan bahwa saat ini sudah banyak sentimen positif yang mewarnai pergerakan IHSG. Dimana, distribusi vaksin dinilai dapat meningkatkan kepercayaan diri konsumen dan mampu mengembalikan aktivitas bisnis.
Baca Juga: Masih diselimuti sentimen PSBB, IHSG diproyeksi melemah pada Kamis (7/1)
Selain itu, membaiknya PMI manufaktur dalam 2 bulan terakhir menjadi indikasi adanya pemulihan pada industri dalam negeri, yang mana industri manufaktur berkontribusi 21% terhadap PDB nasional di tahun 2019. Yang jelas, Okie menambahkan, sekarang ini momentum pemulihan lebih besar daripada sentimen pengetatan.
Meskipun ada peluang IHSG dapat terkoreksi dalam jangka waktu dekat, namun ia melihat secara jangka panjang pergerakan IHSG masih dalam tren penguatan seiring banyaknya sentimen positif yang mengelilingi. “Karena manufaktur tidak diperketat, sehingga perekonomian masih dapat berjalan normal,” tambahnya.
Hingga tutup tahun ini Okie memasang target optimis untuk IHSG di level 6.210 - 6.250. Sementara skenario pesimis IHSG bisa menuju level 5.950 - 5.850 hingga tutup tahun 2021.
Ia menuturkan pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum penurunan yang terjadi untuk berinvestasi. Okie melihat sektor infrastruktur, konstruksi dan perbankan masih dapat dijadikan sektor pilihan. Adapun saham-saham yang bisa jadi pilihan yakni TLKM, EXCL, PGAS, PTPP, WIKA, BBCA, BBNI, BMRI, dan BBRI.
Baca Juga: Ditutup anjlok 1,17%, IHSG berpotensi menguat terbatas pada Kamis (6/1)
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menambahkan, IHSG hingga saat ini masih berada pada tren naiknya dengan berhasil bertahan di atas support MA 20 di level 6.017 pada Rabu (6/1) siang.
Walaupun demikian, ia tak menampik bahwa kebijakan pemerintah ini akan membayangi pergerakan IHSG sampai rampung penerapan PSBB yang lebih ketat.
Dalam seminggu ke depan, Hendirko meramal IHSG berpotensi bergerak sideways dengan range 6.000-6.200. “Pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum pelemahan apabila terjadi pelemahan pada IHSG,” pungkasnya.
Selanjutnya: Bursa Asia drop, IHSG memimpin penurunan dipicu pembatasan Jawa-Bali
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News