Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah kembali melelang surat utang negara (SUN), Selasa (20/1). Lelang ini ditargetkan bisa menyerap dana Rp 12 triliun guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2015.
SUN yang akan dilelang mempunyai nominal per unit sebesar Rp1 juta. Adapun seri yang ditawarkan merupakan tiga seri lawas.
Ketiga seri tersebut yakni SPN12160107 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 7 Januari 2016. Lalu, seri FR0070 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,37% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2024, serta seri FR0068 (reopening) dengan tingkat bunga tetap 8,37% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2034.
Penjualan SUN akan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Lelang bersifat terbuka atau open auction, menggunakan metode harga beragam atau multiple price.
Nantinya, lelang akan dibuka pada pukul 10.00 WIB dan ditutup pukul 12.00 WIB, sedangkan hasil lelang akan diumumkan pada hari yang sama. Setelmen (sistem penyelesaian transaksi) akan dilaksanakan pada hari Kamis (22/1).
Analis obligasi Sucorinvest Central Gani memperkirakan investor masih akan menyerbu lelang ini. Diprediksi, total permintaan akan mencapai Rp 18 triliun hingga Rp 25 triliun.
Masih besarnya total permintaan diperkirakan dipicu oleh meningkatnya volume perdagangan serta apresiasi harga di pasar sekunder dalam beberapa hari terakhir.
Indeks Obligasi HSBC pada perdagangan Kamis (15/1) naik 0,17% ditutup pada level 735,06. Seri FR70 bertenor 10 tahun menembus level 105.5 dengan yield 7,53%. Sedanhkan seri FR68 bertenor 20 tahun diperdagangkan pada level 103.5 dan yield 8,01%.
"Selain itu, dalam lelang SUN pekan lalu, penerbitan global bonds, dan lelang pekan ini, demand masih sangat besar sehingga akan berlanjut pada pekan depan," kata Ariawan, Jumat (16/1).
Meningkatnya volume perdagangan di pasar sekunder dipicu oleh menariknya return di pasar surat utang domestik di tengah tren penurunan yield surat utang Amerika Serikat, US Treasury. Sehingga, yield spread antara SUN dan US treasury semakin lebar. "Ditambah lagi nilai tukar Rupiah menguat sehingga pasar posirif, " kata Ariawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News