kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemangkasan suku bunga acuan menguntungkan reksadana berbasis obligasi


Rabu, 28 Agustus 2019 / 19:47 WIB
Pemangkasan suku bunga acuan menguntungkan reksadana berbasis obligasi
ILUSTRASI. Reksadana


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia sudah terpangkas dua kali menjadi 5,5% untuk saat ini. Lantas, bagaimana nasib kinerja produk reksadana usai pemotongan suku bunga acuan?

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, dengan adanya penurunan suku bunga acuan hingga dua kali sejauh ini, reksadana pendapatan tetap tampak paling diuntungkan.

Baca Juga: Per September 2019, ETF resmi dikecualikan dari pajak

Terlebih lagi, ia memproyeksikan penurunan suku bunga acuan oleh BI masih bisa berlanjut jelang akhir tahun nanti. Potensi ini timbul di tengah tingkat inflasi Indonesia yang masih rendah. Ditambah lagi, pemerintah ingin memastikan pertumbuhan ekonomi nasional tetap di area 5% kendati ada ancaman resesi ekonomi global.

“Kami melihat pertumbuhan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap bisa mencapai 10% di akhir tahun nanti seiring tren penurunan suku bunga acuan,” kata Wawan, Rabu (28/8).

Baca Juga: Sejumlah bank pangkas bunga deposito pasca penurunan BI rate

Reksadana terproteksi yang juga beraset dasar obligasi juga kecipratan untung dari penurunan suku bunga acuan. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai dana kelolaan reksadana tersebut di bulan Juli sebesar Rp 16,18 triliun menjadi Rp 139,75 triliun.

Ada kemungkinan investor berbondong-bondong memburu reksadana terproteksi selagi indikasi kuponnya masih relatif tinggi. Maklum saja, pemotongan suku bunga acuan akan memicu turunnya yield Surat Utang Negara (SUN) dalam beberapa waktu ke depan.

Wawan juga menjelaskan, reksadana berbasis obligasi masih memiliki daya tarik meski penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tengah gencar-gencarnya dilakukan pemerintah. Justru, reksadana berbasis obligasi berpotensi menghasilkan return yang lebih tinggi dibandingkan SBN ritel ketika suku bunga acuan turun.

Baca Juga: Prospek obligasi dolar AS kian menarik di tahun ini

Asal tahu saja, pemangkasan bunga acuan membuat kupon minimum SBN ritel berpeluang besar ikut turun. “Kalau investor ingin mencari instrumen yang risiko gagal bayarnya rendah, SBN ritel masih menarik,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo bilang, seiring penurunan suku bunga acuan yang terjadi, pihaknya akan lebih memprioritaskan investasi pada obligasi bertenor panjang. Harapannya, kinerja reksadana pendapatan juga dapat lebih optimal.

“Setiap penurunan suku bunga acuan, potensi kenaikan harga yang lebih signifikan terjadi pada obligasi berdurasi panjang,” ungkap Soni, hari ini.

Baca Juga: Simak sepak terjang Mang Amsi membuat Komunitas Saham Syariah

Di sisi lain, Head of Investment Insight Investment Management Genta Wira Anjalu mengatakan, manajer investasi juga dapat memanfaatkan obligasi korporasi bertenor pendek sebagai aset dasar reksadana pendapatan tetap.

Hal ini untuk menjaga kestabilan kinerja produk tersebut jika pasar obligasi tiba-tiba kembali bergejolak. Di samping itu, obligasi korporasi masih memiliki imbal hasil yang lebih tinggi ketimbang SUN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×