Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Ada kemungkinan investor berbondong-bondong memburu reksadana terproteksi selagi indikasi kuponnya masih relatif tinggi. Maklum saja, pemotongan suku bunga acuan akan memicu turunnya yield Surat Utang Negara (SUN) dalam beberapa waktu ke depan.
Wawan juga menjelaskan, reksadana berbasis obligasi masih memiliki daya tarik meski penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tengah gencar-gencarnya dilakukan pemerintah. Justru, reksadana berbasis obligasi berpotensi menghasilkan return yang lebih tinggi dibandingkan SBN ritel ketika suku bunga acuan turun.
Baca Juga: Prospek obligasi dolar AS kian menarik di tahun ini
Asal tahu saja, pemangkasan bunga acuan membuat kupon minimum SBN ritel berpeluang besar ikut turun. “Kalau investor ingin mencari instrumen yang risiko gagal bayarnya rendah, SBN ritel masih menarik,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo bilang, seiring penurunan suku bunga acuan yang terjadi, pihaknya akan lebih memprioritaskan investasi pada obligasi bertenor panjang. Harapannya, kinerja reksadana pendapatan juga dapat lebih optimal.
“Setiap penurunan suku bunga acuan, potensi kenaikan harga yang lebih signifikan terjadi pada obligasi berdurasi panjang,” ungkap Soni, hari ini.
Baca Juga: Simak sepak terjang Mang Amsi membuat Komunitas Saham Syariah
Di sisi lain, Head of Investment Insight Investment Management Genta Wira Anjalu mengatakan, manajer investasi juga dapat memanfaatkan obligasi korporasi bertenor pendek sebagai aset dasar reksadana pendapatan tetap.
Hal ini untuk menjaga kestabilan kinerja produk tersebut jika pasar obligasi tiba-tiba kembali bergejolak. Di samping itu, obligasi korporasi masih memiliki imbal hasil yang lebih tinggi ketimbang SUN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News