Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat berada dalam tren positif dalam beberapa hari terakhir, minyak mentah jenis West Texas Intermediate mulai melemah.
Mengutip Bloomberg, Kamis (4/6) pukul 15.15 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Juli 2020 di Nymex berada di level US$ 36.59 per barel atau turun 1,88% dibandingkan penutupan sesi sebelumnya.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, pelemahan harga minyak WTI dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, kelanjutan rencana pemangkasan produksi yang dilakukan anggota OPEC+ yang ternyata belum menemukan titik terang.
Baca Juga: Harga minyak terkoreksi, dipicu keraguan pemangkasan produksi oleh OPEC
Seperti diketahui, anggota OPEC+ sebelumnya hanya berkomitmen pangkas produksi minyak untuk bulan Mei dan Juni saja. Faisyal menambahkan, Arab Saudi, Rusia dan dua negara lain sebenarnya sudah sepakat untuk menaikkan pemangkasan.
“Berdasarkan pertemuan semula, pemangkasan Juli seharus 7,7 juta bph, Arab dan Rusia sejatinya sudah sepakat untuk mempertahankan pemangkasan saat ini yakni 9,7 juta bph. Sayangnya, negara lain sejauh ini belum menunjukkan tanda-tanda untuk menyepakati hal tersebut,” jelas dia kepada Kontan.co.id, Kamis (4/6).
Pertemuan OPEC+ untuk membahas pemangkasan tersebut dijadwalkan berlangsung pada 4 Juni 2020 mendatang, namun jika kondisi ini terus berlanjut, besar kemungkinan akan diundur pada 9 atau 10 Juni 2020.
Jika kondisi ini terus berlarut-larut, Faisyal menilai Arab dan Rusia berpotensi untuk membatalkan niatnya untuk kembali memangkas produksi sebanyak 9,7 juta bph pada Juli.
“Hal ini tentu akan membuat kondisi oversupply kembali terjadi, ditambah lagi pemulihan global juga sejauh ini belum menunjukkan kembalinya permintaan secara signifikan. Sehingga ini akan berpeluang membuat harga minyak WTI kembali jatuh,” tambah dia.
Harga minyak WTI juga mendapat tekanan setelah cadangan bensin di Amerika Serikat (AS) berlimpah. Selain itu, bayang-bayang ketegangan antara AS dan China juga masih menghantui pergerakan minyak.
Baca Juga: Harga batubara mulai atraktif, simak saham pilihan untuk pekan ini
Dengan kondisi saat ini, Faisyal memproyeksikan secara jangka pendek, minyak WTI akan mungkin masih betah berada di level US$ 30-an per barel. Terlebih naiknya harga minyak WTI belakangan juga dinilai sudah terlalu tinggi.
“Untuk sepekan ke depan, harga minyak WTI akan volatil dan rantangnya cukup lebar, berkisar US$ 25 - US$ 45 per barel. Kuncinya tentu ada di pertemuan OPEC+, jika kesepakatan berhasil harga minyak WTI akan naik, namun jika tidak ada kunjung kesepakatan maka yang terjadi sebaliknya,” pungkas Faisyal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News