Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rilis data inflasi CPI Amerika Serikat (AS) bulan November 2023 yang sejalan dengan konsensus membuat pasar mulai ragu terhadap peluang terjadinya dovish pivot di kuartal I-2024. Inflasi inti bulanan CPI AS naik menjadi 0,285% pada November 2023, dari 0,227% di Oktober 2023.
Hal ini disebabkan oleh naiknya laju inflasi supercore menjadi 0,441%, dari 0,215% pada Oktober 2023 yang didominasi oleh biaya sewa rumah dan kesehatan.
Namun, secara tahunan, inflasi CPI AS bulan November turun sesuai konsensus menjadi 3,1% dan lebih rendah dari Oktober 2023 yang sebesar 3,2%. Inflasi inti CPI bertahan di 4% seperti yang diperkirakan konsensus.
Akibat rilis data inflasi CPI bulan November 2023, probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed di bulan Maret turun tipis menjadi 42%, dari sebelumnya 44%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar masih belum kehilangan harapan atas peluang terjadinya dovish pivot The Fed di kuartal I-2024.
Baca Juga: The Fed Kirim Sinyal Dovish, Pasar US Treasury Bullish
Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, harapan dovish pivot ini terlihat dari respons para pelaku pasar obligasi global yang lebih tenang. Hal ini tercermin dari penurunan tipis yield US Treasury tenor 10 tahun sebesar 3 bps menjadi 4,2% dan yield Bund yang turun 4 bps menjadi 2,23%.
Indeks EMBI untuk obligasi emerging market mencetak kenaikan 0,2%.
"Berdasarkan kondisi ini, kami memprediksi yield INDOGB tenor 10 tahun akan bergerak stabil di rentang 6,65%-6,75%, diikuti dengan pergerakan serupa untuk instrumen tenor 2 tahun dan 5 tahun," kata Lionel dalam risetnya, Rabu (13/12).
Lionel memprediksi, rupiah berpotensi terapresiasi menuju rentang Rp 15.000-Rp 16.000 per dolar AS.
Seri Surat Berharga Negara (SBN) yang direkomendasikan adalah FR0096, FR0097, FR0098, FR0100, dan FR0101.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News