kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nada Hawkish The Fed Mengejutkan Pasar, Yield Obligasi Indonesia Berpotensi Naik


Kamis, 21 September 2023 / 10:34 WIB
Nada Hawkish The Fed Mengejutkan Pasar, Yield Obligasi Indonesia Berpotensi Naik
ILUSTRASI. Keputusan Federal Reserve untuk memperkuat nada hawkish pada proyeksi FOMC September 2023 mengejutkan pelaku pasar.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Federal Reserve untuk memperkuat nada hawkish pada proyeksi Federal Open Market Committee (FOMC) September 2023 mengejutkan para pelaku pasar. The Fed mempertahankan suku bunga acuan di 5,5% serta menurunkan proyeksi pemangkasan suku bunga 2024 menjadi 50 bps dari proyeksi konsensus 75 bps.

Hal ini diakibatkan oleh dua hal. Pertama, kuatnya ekspansi pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang tercermin dari penurunan proyeksi tingkat pengangguran menjadi 3,8% untuk 2023 dan 4,1% untuk 2024 dan 2025. Sebelumnya, proyeksi tingkat pengangguran AS sebesar 4,1% untuk 2023 dan 4,5% untuk 2024 serta 2025.

Kedua, sulitnya menurunkan inflasi akibat kenaikan harga minyak global beberapa waktu ini. Hal ini tercermin dari kenaikan proyeksi inflasi PCE 2023 menjadi 3,3% dari sebelumnya 3,2%.

"Oleh karena itu, proyeksi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed mundur menjadi kuartal III-2023 dari sebelumnya kuartal II-2023," kata Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam risetnya, Kamis (21/9). 

Baca Juga: The Fed Menahan Suku Bunga dan Ingatkan Kebijakan Lebih Ketat hingga Tahun Depan

Perihal lain yang mengejutkan pasar adalah sikap The Fed yang mempertahankan rencana kenaikan suku bunga satu kali sebesar 25 bps yang terakhir apabila pertumbuhan ekonomi AS naik melebihi 2,1%.

Akibat pengumuman FOMC tersebut, indeks-indeks saham AS turun tajam dengan Nasdaq mencatat penurunan terbesar 1,5% pada Rabu (20/9). Yield 10Y UST naik 5 bps menjadi 4,41% dan indeks komoditas Goldman Sachs-S&P turun 0,6%.

Hal ini dapat memicu aksi jual di pasar surat berharga negara (SBN) yang sempat mencatatkan penurunan tipis terhadap yield INDOGB 10Y, yakni minus 1 bps menjadi 6,75% dan terhadap yield INDOGB 5Y dengan penurunan 2 bps menjadi 6,39%.

Lionel memprediksi yield 10Y INDOGB akan kembali tertekan naik ke rentang 6,8%-6,9% pada Kamis (21/9) dengan potensi titik tertinggi di 7%. Tekanan depresiasi terhadap rupiah bisa terjadi dengan target rentang Rp 15.350-Rp 15.450 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×