Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal positif dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) diprediksi bakal membawa pasangan kurs GBP/USD bertahan di zona merah. Di samping itu, pasar juga masih menanti perkembangan lebih lanjut terkait rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit.
Mengutip Bloomberg, pada Kamis (14/11) pukul 19.30 WIB, pasangan GBP/USD melemah 0,06% ke level 1,2843.
Analis HFX Internasional Erjangka Ady Panghestu mengatakan, pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell membuat dolar AS terus menguat.
Sebagaimana diketahui, Powell mengatakan bahwa ekonomi dan moneter AS masih berada dalam kondisi baik. The Fed juga terbuka lebar untuk melakukan pemotongan suku bunga kembali jika prospek ekonomi memburuk.
Sementara itu, dolar AS hanya melemah terhadap safe-haven yen tetapi menguat terhadap mata uang lainnya. Untuk itu The Fed kemungkinan baru akan memangkas suku bunga pada 2020.
Baca Juga: Menanti kepastian politik Inggris, GBP/USD diramal masih bullish
Di sisi lain, pergerakan dolar AS cenderung dikarenakan munculnya komentar-komentar dari Presiden AS Donald Trump terkait perundingan perdagangan AS-China, yang memberi hambatan lain pada pembelian produk pertanian dari Cina, dan menolak untuk berkomitmen pada besaran dana yang diinvestasikan.
Alhasil, masalah tersebut turut menambah ketidaksepakatan pada penghapusan tarif perang dagang antara AS dengan China. Di sisi lain, Trump juga bersikeras bahwa perundingan akan berjalan dengan cepat.
Sementara itu, investasi China juga tercatat melambat menjadi 5,2% per tahun, sementara output industri menurun ke 4,7%. Sehingga data yang lemah membebani pasar.
Penjualan Ritel Inggris juga menunjukkan peningkatan pada Oktober setelah stagnan sebelumnya. Rilis data ekonomi Inggris sebelumnya juga dianggap cukup mengecewakan, di mana inflasi Inggris hanya tumbuh 1,5% per tahun. Padahal 4 minggu menjelang pemilihan, Partai Konservatif masih memimpin, meskipun dengan celah yang lebih sempit.
Sedangkan untuk angka Indeks Harga Produsen AS diperkirakan akan kembali ke pertumbuhan setiap bulan. Indeks Harga Konsumen Inti (CPI) hari Rabu meleset dengan 2,3% tahunan.
"Posisi poundsterling tidak terlalu berpengaruh pada turbulensi pernyataan Trump. investor lebih fokus memperhatikan perkembangan Brexit dan Pemilihan Umum tanggal 12 Desember nanti," ujar Ady kepada Kontan.co.id, Kamis (14/11).
Selain itu, Ady mengatakan sudah empat minggu pasangan GBP/USD bergerak konsolidasi antara 1,2750 - 1,3000. Ini terjadi karena adanya ketidakpastian politik Inggris yang menjadi beban tersendiri bagi poundsterling.
Baca Juga: Kabar positif Brexit dan pemangkasan The Fed rate jadi amunisi penguatan GBP/USD
Seharusnya Bank Sentral Inggris (BoE) bisa mengambil keputusan seperti pemotongan suku bunga jika dalam kondisi normal. Sayangnya, hal itu tidak terjadi dan membiarkan kebijakan moneter masih tetap, lantaran proses Brexit belum berakhir.
Secara teknikal, harga berkonsolidasi antara moving average (MA)50 dan MA120. Sedangkan harga masih di bawah MA200 yang mengindikasikan pasangan GBP/USD masih dalam posisi bullish.
Untuk indikator RSI, Ady mengungkapkan harga tengah menjalar di atas level 50 dan mendatar. Sedangkan untuk MACD berada pada titik 0. Dengan begitu, Ady masih merekomendasikan buy untuk pasangan GBP/USD pada perdagangan Jumat (15/11).
Prediksinya, besok GBP/USD akan bergerak pada rentang resistance 1,2875 dan 1,2925. Sedangkan untuk level support besok berada di kisaran 1,2750 dan 1,2675.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News