Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan menekan kinerja emiten kuartal III 2015. Sejumlah analis melihat, tekanan nilai tukar sepanjang tahun ini terutama akan menekan emiten yang memiliki komponen impor dan utang dalam dollar yang cukup besar.
Kendati beberapa waktu belakangan rupiah terus bergerak naik, namun sepanjang tahun ini rupiah masih terpangkas sebesar 9,3%.
Kiswoyo Joe, Analis Investa Saran Mandiri menilai pelemahan rupiah akan membawa dampak negatif terhadap emiten yang banyak mengandalkan impor sementara melakukan penjualan dalam rupiah. Menurutnya, sekor farmasi yang paling terpukul dalam hal ini.
Namun, dampak tekanan kurs ini tidak bisa disamaratakan untuk semua emiten. Kiswoyo memandang emiten yang paling tertekan adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF) karena memiliki komponen impor sampai 90%. Menurutnya, laba bersih KAEF akan tertekan satu setengah sampai dua kali pelemahan rupiah atau sekitar 13%- 18%.
Sedangkan tekanan kinerja emiten farmasi lain seperti KLBF, TSPC, dan INAF menurut Kiswoyo tidak terlalu besar. Pasalnya, ketiganya banyak memproduksi nutrisi yang bahannya lebih banyak dari lokal. "Komponen impor mereka tidak akan sebesar KAEF," kata Kiswoyo pada KONTAN, Kamis (22/10).
Selain Farmasi, emiten yang juga cukup terpukul menurut Kiswoyo adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Sebab emiten ritel ini memiliki komponen impor sekitar 75% dan banyak melakukan penyewaan pusat perbelanjaan dengan menggunakan dollar AS. Prediksinya, laba bersih MAPI bisa terpukul di atas 20%.
Emiten lain yang juga akan terpukul atas pelemahan rupiah adalah emiten yang memiliki utang besar dalam dollar AS. Hanya saja menurut Kiswoyo, dampaknya tidak akan besar jika emiten tersebut telah melakukan hedging. "Kalau sudah hedging sebetulnya tak ada masalah," ujarnya.
Namun hingga akhir tahun, Maxi memperkirakan rupiah akan cenderung menguat di kisaran Rp 12.500 -Rp14.000. Oleh karena itu kinerja emiten di kuartal IV akan lebih membaik.
Maxi Liesyaputra, analis KDB Daewoo Securities menilai sektor yang akan terpukul kuartal III adalah otomotif. Pasalnya, sektor ini banyak mengandalkan komponen impor namun penjualan dilakukan dalam rupiah.
Sementara tantangan penjualan otomotif dalam negeri, lanjut Maxi, cukup besar selama sembilan bulan pertama akibat penurunan daya beli masyarakat. Tak hanya itu, emiten juga tidak bisa asal menaikkan harga karena persaingan yang cukup tinggi.
Menurut Maxi, salah satu emiten yang akan terimbas dalam hal ini adalah ASII. Hanya saja, dia tak bisa memberi asumsi seberapa besar dampak pelemahan rupiah terhadap kinerja emiten ini di kuartal III.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News