Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. Harga obligasi pemerintah terus melorot dari awal pekan kemarin, baik untuk tenor panjang maupun pendek. Pelemahan rupiah menjadi kabar buruk bagi pergerakan harga obligasi pemerintah.
Dari pengamatan KONTAN, penurunan terbanyak terjadi pada tenor menengah pendek, seperti seri acuan bertenor 5 tahun yakni FR0066. Pada pembukaan pasar obligasi, Rabu (16/1), pukul 10.08 WIB, FR0066 melorot 50 basis poin (bps) ke 102,5 dari 103 pada penutupan hari sebelumnya.
Sementara harga SUN bertenor 20 tahun yakni FR0065 masih tak berubah dari harga kemarin di 103,5.
Analis Obligasi Sucorinvest Central Ghani Ariawan mengamati, selama rupiah loyo terhadap dollar AS, harga obligasi pemerintah akan terus terkikis. "Pelaku pasar lebih cenderung wait and see dan tidak ambil posisi terlihat dari volume transaksi yang sampai saat ini masih sepi," urainya kepada KONTAN.
Kata Ariawan, volume transaksi dari awal tahun hingga kini rata-rata hanya sebesar Rp 4 triliun per hari. Padahal rata-rata transaksi harian di tahun 2012 bisa mencapai Rp 7 triliun.
Tapi menurutnya, lelang SUN yang kelebihan permintaan atau oversubscribed kemarin (15/1) akan menyandera harga obligasi sehingga berlanjut turun sampai akhir pekan. "Pelaku pasar juga masih dominan mengambil tenor panjang di lelang kemarin," ujar Ariawan.
Namun, sampai akhir pekan nanti, Ariawan memprediksi harga obligasi pemerintah tidak akan turun banyak. "Plus minus 25 bps-50bps untuk tenor pendek dan plus minus 25 bps-75 bps untuk tenor panjang," terangnya.
Sebagai catatan, saat berita ini dibuat, mata uang rupiah berada pada posisi depresiasi terdalamnya terhadap dollar AS selama 3 tahun belakangan. USD/IDR pada level 9.870, dari 9.870 dari penutupan hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News