Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rupiah kembali melemah. Di pasar spot, pasangan USD/IDR, kemarin (15/1), menguat 2,41% menjadi 9.868 dibanding sehari sebelumnya. Ini merupakan performa terburuk rupiah sejak 16 September 2009. Sedangkan, dollar Amerika Serikat (AS) di kurs tengah Bank Indonesia (BI) naik 0,15% menjadi 9.650.
Director Chief Economist Mandiri Group, Destry Damayanti mengatakan, pelemahan rupiah masih karena persediaan dollar AS yang tipis di pasar lokal. Selain itu, pemerintah juga belum mampu mengendalikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Ini bisa mengacaukan neraca perdagangan.
Analis Monex Investindo Futures, Joe Ginting bilang, selain mendapat intervensi dari BI, rupiah kemarin juga mendapat bantalan dari lelang obligasi pemerintah yang membuat rupiah tidak terkoreksi lebih dalam.
Hari ini, rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahan. Padahal dari sisi fundamental, Joe melihat, dollar AS semestinya tertekan. Keputusan European Central Bank (ECB) yang tidak mengubah suku bunga di 0,75% menjadi sentimen negatif bagi dollar AS. Selain itu, kekhwatiran perundingan debt ceiling AS juga memicu dollar AS melemah.
Namun, masalah defisit fiskal dan moneter di dalam negeri, menahan penguatan rupiah di tengah pelemahan dollar AS. Joe memproyeksikan, pairing USD/IDR hari ini bergerak di rentang 9.620-9.730. Hitungan Destry, pasangan USD/IDR berada di 9.600-9.700.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News