kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelemahan Rupiah Berdampak Negatif pada Kinerja Emiten Properti, Cek Rekomendasinya


Selasa, 16 April 2024 / 05:05 WIB
Pelemahan Rupiah Berdampak Negatif pada Kinerja Emiten Properti, Cek Rekomendasinya
ILUSTRASI. Pengendara sepeda motor melintas di kawasan Biomedical Campus BSD City, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (25/3/2024). Kawasan Terpadu Bumi Serpong Damai (BSD) menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditetapkan pemerintah dan akan dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang mengembangkan pendidikan, riset kesehatan, ekonomi digital, pengembangan teknologi, layanan kesehatan dan biomedical. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/tom.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten properti dengan surat utang dolar Amerika Serikat (AS) bakal melambat di tahun 2024.

Melansir Bloomberg, Senin (15/4), rupiah spot berada di level Rp 15.848 per dolar AS. Hal ini pun membuat kinerja sejumlah emiten properti dengan obligasi dolar AS menjadi terseok-seok. 

Berdasarkan penelusuran Kontan, setidaknya ada empat emiten properti yang memiliki surat utang dolar AS yang tercatat dalam laporan keuangan.

Keempat emiten itu adalah PT Modernland Realty Tbk (MDLN), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

Baca Juga: Rupiah Tersungkur, Begini Dampaknya ke Emiten Properti yang Punya Utang Dolar

MDLN memiliki beban bunga dalam dolar AS yang setara Rp 24,98 miliar dan beban lain-lain sebesar Rp 5,07 miliar. Utang obligasi dalam dolar AS juga tercatat dalam rupiah sebesar Rp 5,75 triliun per akhir 2023.

ASRI memiliki utang obligasi jangka panjang yang jika dirupiahkan sebesar Rp 3,49 triliun. APLN memiliki senior notes dengan jumlah pokok yang masih terutang sebesar US$ 131,96 juta.

BSDE punya senior notes Global Prime Capital (GPC) VI sebesar US$ 300 juta yang akan jatuh tempo pada tanggal 23 Januari 2025.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS akan memberatkan kinerja emiten-emiten properti. Khususnya, yang memiliki eksposur utang obligasi jangka panjang dalam dolar AS dengan jumlah cukup besar atau lebih dari 50% total utang. 

Baca Juga: Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Begini Tanggapan Emiten Properti

Apalagi, kinerja emiten-emiten properti cukup melambat di tahun 2023 sebagai imbas dari tingginya suku bunga acuan tahun lalu. Saat ini emiten properti juga belum menunjukkan fase pemulihan yang signifikan.

“Jadi, eksposur obligasi dalam dolar AS yang cukup besar itu akan membuat kewajiban pembayaran beban bunga dan pelunasan pokok membebani kinerja keuangan emiten,” ujarnya kepada Kontan, Senin (15/4).

Praska memang belum melihat emiten-emiten tersebut memiliki risiko gagal bayar. Namun, jika dilihat dari eksposur risiko utang, rasio utang MDLN tampak lebih besar dibandingkan dengan emiten lainnya. Debt to Equity Ratio (DER) dari MDLN di atas 2x, lebih tinggi dari rata-rata keempat emiten tersebut. 

“Di samping itu, eksposur utang dalam dolar AS yang dimiliki MDLN juga relatif besar,” tuturnya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×