Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas terus menunjukkan tren penguatan. Kamis (13/3), harga emas terpantau di US$ 2.943 per troy ons pukul 19.30 WIB, naik 0,32% dari hari sebelumnya.
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha menilai tren bullish masih mendominasi pergerakan emas, didukung oleh pola candlestick dan indikator Moving Average yang mengonfirmasi potensi kenaikan lebih lanjut. Dalam jangka pendek, emas spot diperkirakan dapat mencapai US$ 2.956 per troy ons.
"Namun, jika harga mengalami kegagalan dalam mempertahankan momentum bullish dan terjadi reversal, maka harga emas dapat turun hingga US$ 2.910 sebagai target penurunan terdekat," tulis Andy dalam rilis, Kamis (13/3).
Baca Juga: Prospek Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bikin Harga Emas Melonjak ke Level Tertinggi
Pelemahan inflasi Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utama yang memperkuat spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada 2025.
Meski demikian, investor tetap waspada terhadap kebijakan tarif impor AS yang berpotensi memicu inflasi baru. Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,14% ke 103,55, sementara imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun meningkat tiga basis poin ke 4,314%, membatasi kenaikan emas lebih lanjut.
Dari sisi permintaan, bank sentral global terus meningkatkan cadangan emasnya. Bank Sentral Tiongkok (PBoC) dan Bank Nasional Polandia (NBP) dilaporkan menambah 10 dan 29 ton emas dalam dua bulan pertama 2025, memperkuat prospek bullish logam mulia ini. Dengan tren ini, emas berpotensi menguji level psikologis US$2.950 dalam waktu dekat.
Pelaku pasar kini menantikan rilis data ekonomi berikutnya, termasuk Indeks Harga Produsen (IHP) AS dan Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM), yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut terkait kebijakan moneter The Fed. Jika data menunjukkan pelemahan ekonomi yang berkelanjutan, harga emas berpotensi terus menguat.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, emas tetap menjadi aset safe-haven utama, meskipun tekanan dari penguatan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi dapat membatasi lonjakan harga lebih lanjut.
Baca Juga: Peluang Kenaikan Suku Bunga The Fed Meningkat, Harga Emas Makin Mengkilap
Selanjutnya: AAUI Ungkap Penyebab Pendapatan Premi Asuransi Rekayasa Terkontraksi 18,2% pada 2024
Menarik Dibaca: 4 Buah Terbaik untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Baik buat Jantung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News