Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) mengalami tekanan sepanjang enam bulan pertama 2023.
Laba bersih MBAP merosot 80,27% di semester I-2023. Pada periode ini, MBAP membukukan laba bersih sebesar US$ 22,03 juta, dibandingkanpada periode sama tahun lalu laba bersih MBAP yang mencapai US$ 111,68 juta.
Alhasil, laba per saham dasar/dilusian MBAP menyusut menjadi US$ 0,018 dari sebelumnya US$ 0,091.
Melansir laporan keuangan MBAP di Bursa Efek Indonesia, Rabu (30/8), penurunan laba bersih ini sejalan dengan penurunan pendapatan. Emiten tambang batubara ini membukukan pendapatan senilai US$ 130,86 juta, menurun 42,3% periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 248,21 juta.
Sekretaris Perusahaan MBAP Chandra Lautan mengatakan, ada sejumlah faktor yang menekan kinerja MBAP. Pertama, dikeluarkannya aturan mengenai kenaikan royalti, dari semula 5% menjadi 13,5%. Dalam laporan keuangan semester I-2023, royaltI yang dibayarkan MBAP naik 59,56% menjadi US$ 22,29 juta dari sebelumnya US$ 13,97 juta.
Baca Juga: Harga Batubara Makin Anjlok, Imbas Tren Peralihan ke Energi Terbarukan
Kedua, faktor penurunan harga batubara. Mengingat batubara merupakan komoditas yang harganya berpengaruh terhadap harga pasar, maka penurunan harga batubara yang signifikan tahun ini memberikan dampak yang cukup besar juga terhadap kinerja keuangan MBAP di periode semester I- 2023.
Dus, dengan mempertimbangkan rencana MBAP ke depannya, manajemen MBAP berencana merevisi target produksi tahun ini. “Manajemen berencana untuk melakukan penyesuaian produksi batubara MBAP tahun 2023 sekitar kurang lebih 2 juta ton.” Kata Chandra kepada Kontan.co.id, Rabu (30/8).
Sebelumnya, MBAP memproyeksikan angka produksi batubara dari konsesi tambang Malinau sebesar 2,3 juta ton.
Chandra melihat prospek bisnis batubara hingga akhir tahun ini akan terjadi koreksi. “Dan kondisi tersebut masih akan tetap mengalami penyesuaian untuk beberapa waktu,” imbuh dia.
Selain fokus pada operasional Mitrabara, MBAP juga sedang fokus pada pengembangan usaha non batubara melalui anak perusahaan.
Di segmen energi baru terbarukan, MBAP berfokus mengembangkan PT Masdar Mitra Solar Radiance. Pada 2022, Masdar Mitra Solar Radiance telah melakukan konstruksi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kawasan Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI).
MBAP menargetkan mampu menggenggam kontrak 30 megawatt peak (MWP) tahun ini. Adapun Masdar Mitra Solar Radiance sudah menandatangani kontrak pembangkit sebesar 1,3 MWP dengan Margamas. Konstruksi PLTS dengan Margamas ditargetkan rampung pada tahun ini dan tahun depan diharapkan sudah masuk ke tahap energy harvesting.
MBAP juga mengembangkan anak usahanya di bidang produksi wood pallet melalui Malinau Hijau Lestari (MHL). Pada 2023, Malinau Hijau Lestari memulai tahap konstruksi pabrik wood pellet.
Pabrik ini diharapkan bisa mencapai tahap commercial operating date (COD) pada 2025 dengan kapasitas 150.000 ton per tahun. Ke depan, MBAP akan terus mengembangkan area lahan untuk meningkatkan produksi wood pallet.
Melalui Mitradelta Bahari Pratama, MBAP juga membesut bisnis budidaya dan penjualan udang dengan izin wilayah sebesar 150 hektare (ha). Pada 2023, Mitradelta Bahari Pratama memulai konstruksi pembangunan kolam. Sebanyak 140 kolam budidaya ditargetkan bisa menuju tahap commercial operating date pada 2024 dengan kapasitas ±3.000 ton per tahun.
Keseriusan MBAP dalam mengembangkan anak usaha dibuktikan dengan mayoritas belanja modal alias capital expenditure (capex) yang dialokasikan untuk anak usaha.
Tahun ini, emiten pertambangan batubara ini mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 42 juta yang sebagian besar didanai dari kas internal MBAP. Sebanyak 90% akan dikucurkan untuk rencana pengembangan anak usaha.
Baca Juga: Mitrabara (MBAP) Dorong Diversifikasi Bisnis Non Batubara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News