kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pelemahan dolar AS turut menyokong kenaikan harga logam industri


Senin, 21 September 2020 / 20:53 WIB
Pelemahan dolar AS turut menyokong kenaikan harga logam industri
ILUSTRASI. Harga tembaga digadang-gadang jadi komoditas yang paling cepat mengalami rebound.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek komoditas logam industri diprediksi cenderung positif ke depan, tembaga digadang-gadang jadi komoditas yang paling cepat mengalami rebound. Mengutip Bloomberg, dalam sepekan harga komoditas tembaga tercatat naik 1,13% dan ditutup pada level US$ 6.812 per ton pada Jumat (18/9). Kenaikan tersebut diikuti harga timah yang naik tipis 0,07% dan bertengger di level US$ 18.115 per ton. 

Tapi, nikel belum mengikuti jejak komoditas logam industri lainnya, dengan mencatatkan penurunan harga 1,26% dalam sepekan dan berakhir di level US$ 14.904 per ton akhir pekan lalu.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan secara umum pergerakan harga komoditas dalam tren rebound dari level rendahnya tahun ini. Tren tersebut juga didukung dengan pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung melemah. 

"Dalam jangka menengah, bagaimanapun dolar AS tidak sekuat tahun sebelumnya. Saat ini dollar AS lebih dibiarkan melemah, terkonfirmasi oleh kebijakan The Fed untuk menggenjot inflasi ke level 2%," kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Senin (20/9).

Baca Juga: Harga komoditas logam industri berpeluang rebound di akhir tahun

Lewat kebijakan pelonggaran moneter AS, Wahyu menjelaskan Negeri Paman Sam membiarkan inflasi terus bergerak naik tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan. Alhasil, upaya greenback untuk menguat tidak berlangsung signifikan. Kebijakan tersebut dianggap sangat mendukung kondisi pasar dan bursa yang membutuhkan ruang untuk naik. 

Sementara itu, tren kenaikan harga komoditas logam industri juga sejalan dengan keinginan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan bank sentral AS Federal Reserve terkait tren reflationary trade. Reflationary trade merupakan aktivitas perdagangan dimana investor mengejar berbagai aset yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi.  "Walaupun dunia atau banyak negara mengalami ekonomi anjlok bahkan resesi, harapan ekonomi terkait stimulus luar biasa dari AS, memicu reflationary trade," jelasnya. 

Dengan begitu, Wahyu menyimpulkan secara umum harga komoditas memang berpotensi untuk melanjutkan penguatan seiring tren pelemahan dollar AS. Dalam hal komoditas logam industri, prospek tembaga cenderung memimpin tren pergerakan positif tersebut. Sempat anjlok di Maret 2020, kini harga tembaga secara teknikal mengunci tren rebound yang cukup valid. Setelah berhasil menembus level tertinggi tahun ini, harga tembaga kembali konsolidasi mencoba menggapai level atas baru. 

Baca Juga: Penerimaan pajak rawan shortfall, begini strategi pemerintah



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×