Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Pefindo25 menambahkan delapan anggota baru. Antara lain PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL), PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma (CARS), PT Dyandra Media International Tbk (DYAN), PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk (JTPE), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL), dan PT Sitara Propertindo Tbk (TARA).
"Secara prinsip saham yang kami pilih menjadi konstituen merupakan 25 saham terbaik sesuai dengan kriteria kami," jelas Ekonom dan Ketua Komite Indeks Pefindo Fikri C Permana saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (13/8).
Menurutnya, anggota indeks Pefindo25 tersebut memiliki potensi yang baik meskipun asetnya terbatas di bawah Rp 10 triliun. Namun, dari sisi bisnis, Pefindo melihat emiten-emiten tersebut memiliki fundamental yang baik dan memiliki kemungkinan yang lebih baik.
Baca Juga: Indeks Pefindo25 punya penghuni baru, ini saham pilihan analis
Dari aspek legal, dia juga melihat emiten tersebut memiliki kemungkinan yang kecil untuk melakukan pelanggaran.
Di samping itu, Pefindo juga melihat emiten-emiten tersebut memiliki likuiditas yang baik atau marketable.
"Sehingga bila selama ini ketakutan akan kesulitan pembelian atau penjualan, itu dapat diminimalkan," jelas Fikri.
Adapun pemilihan anggota dilakukan secara umum, menggunakan kriteria total aset tidak melebihi Rp 10 triliun, tidak terdapat Unusual Market Activity (UMA) dan suspensi dalam enam bulan terakhir serta telah tercatat di bursa minimal enam bulan.
Sedangkan pemilihan secara konstituen menggunakan kriteria indikasi Return of Asset (ROA) dan Return of investment (ROI) dan aspek likuiditas yang meliputi jumlah hari perdagangan, volume perdagangan, nilai perdagangan harian, frekuensi perdagangan harian dan free float.
Baca Juga: Kinerja indeks Pefindo25 melampaui IHSG, begini rekomendasi analis
Fikri menjelaskan, Pefindo mencoba memberikan dorongan bagi emiten yang masuk dalam indeks Pefindo25 agar semakin dilirik investor. Serta memberikan literasi untuk masyarakat bahwa potensi dari saham lapis kedua dan tiga masih sangat besar.
"Kami sendiri melihat memang risiko dari saham second liner dan third liner relatif lebih tinggi dibanding IHSG, namun kami juga melihat potensi untuk naik kelas," imbuh Fikri.
Risiko yang dimaksud timbul karena pergerakan yang lebih fluktuatif dibandingkan saham first liner atau bluechips.
Risiko lain juga muncul dari kapitalisasi emiten tersebut yang relatif lebih kecil dari perusahaan bluechips.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News