Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk mengubah namanya menjadi PT Solusi Bangun Indonesia (SMCB) setelah diakuisisi oleh PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Pasca akuisisi, kini kepemilikan saham SMCB mayoritas dimiliki oleh SMGR dengan presentase 98,31%. Sedangkan publik hanya memiliki sebagian saham sebesar 1,69%.
Otoritas bursa sendiri mewajibkan agar jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham bukan pengendali dan bukan pemegang saham utama, paling kurang 50 juta saham dan paling kurang 7,5% dari jumlah saham dalam modal disetor. Aturan ini tertuang dalam Lampiran I Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No.Kep-00001/BEI/01-2014.
Baca Juga: Pembangunan Pabrik Baru Tuntas, Wahana Interfood Optimistis Penjualan Tumbuh
Namun, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas yakin SMCB dapat memenuhi ketentuan BEI dalam dua tahun ke depan. Menurutnya harga saham SMCB yang terus bergerak menurun akan tergolong murah dan menarik bagi investor.
“Masih ada kemungkinan harga bisa turun lagi dan secara valuasi bisa murah. Calon pembeli ingin lebih murah lagi,” jelasnya pada Kontan.co.id Kamis (6/2).
Sukarno menambahkan tahun ini prospek perusahaan akan membaik. Hal tersebut didukung oleh katalis positif adanya isyarat penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).
Dengan menurunnya suku bunga, ada harapan sektor properti yang menjadi sektor penyerap semen terbesar menjadi tumbuh tahun ini. Sebagai catatan, melansir website resmi BI, suku bunga acuan BI saat ini berada di level 5%.
Baca Juga: Ada masalah oversupply, seperti apa rekomendasi saham emiten sektor semen?
Analis PT Valbury Sekuritas Indonesia Budi Rustanto dan Devi Harjoto dalam risetnya (8/11/2019) mengatakan hal serupa. Kinerja SMCB akan membaik tahun ini. Kinerja perusahaan akan terdongkrak oleh kebijakan pemerintah dalam penggenjotan infrastruktur di luar pulau Jawa. SMCB sendiri memiliki share market hingga 15,1% di Indonesia
Selain itu, kedua analis yakin penyerapan semen akan lebih besar dari tahun sebelumnya. Mereka memprediksi penyerapan semen tahun ini akan meningkat hingga 4% dibandingkan tahun lalu. Bahkan kedua analis memprediksi pendapatan SMCB dapat meningkat 3,63% serta laba perusahaan meningkat 8,05% pada 2020.
Setali tiga uang, Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga optimis kinerja SMCB akan membaik. Menurutnya perekonomian Indonesia yang bergerak positif akan mendorong berjalannya proyek infrastruktur. Catatan perekonomian negara yang positif akan turut mendorong konsumsi semen.
Baca Juga: Pilu pelajar WNI yang hanya bisa berdiam diri di kamar gara-gara virus corona
Sebagai catatan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2019 tercatat sebesar 5,02%. Di tengah ketidakpastian perekonomian global, Indonesia juga berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi di sekitar 5% dan inflasi di bawah 3%.
Selain itu, harga energi yang terus bergerak landai akan meringankan beban operasional SMCB.
Melihat dari segi laporan keuangan perusahaan, Pendapatan perusahaan masih bergantung pada segmen semen dengan presentase 87,17 atau setara Rp 6,74 triliun disusul oleh segmen beton 10,16% atau setara Rp 786 miliar, agregat sebesar 1,72% atau 133 miliar dan jasa konstruksi lainnya sebesar Rp 72 miliar atau 0,93%
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) tegaskan bakal terus perkuat pasar regional
Pendapatan perusahaan tercatat Rp Rp 7,73 triliun atau meningkat 2,23 yoy. laba bersih perusahaan juga mencatatkan kinerja positif. SMCB membukukan laba bersih sebesar Rp 134 miliar pada kuartal ketiga tahun lalu. Pada periode yang sama tahun sebelumnya SMCB masih mencatatkan rugi sebesar Rp 630 miliar.
Sukarno turut mengatakan SMCB tahun ini juga dibayangi oleh sentimen negatif. Yang perlu diperhatikan adalah internal perusahaan sendiri. Posisi rasio hutang SMCB tergolong diatas rata-rata industri. “Bisa menjadi beban sehingga memberatkan bottom linenya,” jelasnya.
William juga menambahkan, meskipun proyek infrastruktur di luar Pulau Jawa terbuka lebar, bukan berarti SMCB dapat mendominasi pasar. Pasalnya, persaingan emiten di sektor semen masih ketat memaksa emiten semen untuk menerapkan harga kompetitif untuk produk mereka. Hal tersebut juga akan mempengaruhi pendapatan perusahaan.
Baca Juga: Efek Akusisi SMCB Mulai Terasa, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham SMGR
Ketiga analis memasang rekomendasi yang berbeda. Sukarno memasang rekomendasi hold dengan skema, jika harga mampu menguji resistance di level Rp 1.030 maka dapat menguat hingga Rp 1.095.
Sedangkan Analis Valbury Sekuritas memasang rekomendasi sell dengan target harga Rp 1.200. Disisi lain, William memasang rekomendasi buy dengan target harga Rp 1.250.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News