Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Imbal hasil US Treasury naik pada hari Senin karena investor menunggu data-data ekonomi untuk dijadikan petunjuk baru tentang kapan Federal Reserve kemungkinan akan mulai memotong suku bunganya.
Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun yang menjadi acuan naik dua basis poin menjadi 4,639%. Angka ini bertahan tepat di bawah level 4,696% yang dicapai pada 16 April, yang jika ditembus akan menjadi level tertinggi sejak awal November.
Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun sedikit berubah hari ini ke level 4,976%. Sementara itu inversi kurva imbal hasil antara obligasi bertenor dua tahun dan 10 tahun menyempit tiga basis poin menjadi minus 34 basis poin.
Imbal hasil US Treasury telah meningkat ke level tertinggi dalam lima bulan sejak tekanan inflasi pada bulan Maret yang lebih tinggi dari perkiraan memupus harapan bahwa inflasi pada bulan Januari dan Februari merupakan sebuah anomali, sekaligus meningkatkan prospek bahwa inflasi akan tetap stabil untuk beberapa waktu.
Baca Juga: Tiga Hari Asing Hengkang Rp 21,46 T, Rupiah Dekati Rekor Terburuk Sejak Krismon 1998
Para pembuat kebijakan termasuk Ketua The Fed Jerome Powell pada pekan lalu tidak memberikan panduan apa pun mengenai kapan suku bunga dapat diturunkan, dan malah mengatakan bahwa kebijakan moneter perlu bersifat restriktif lebih lama.
Dengan pasar tenaga kerja yang kuat juga mendukung perekonomian, hal ini membuat bank sentral dan pasar AS menunggu data terbaru untuk petunjuk arah selanjutnya.
“Pasar akan mencoba untuk membuat beberapa kisaran baru menjelang data PDB dan PCE pada akhir minggu ini, tetapi satu-satunya hal yang perlu diperhatikan sebelum hal tersebut adalah pasokan,” kata Gennadiy Goldberg, kepala strategi suku bunga AS di TD Securities. di New York.
Fokus utama perekonomian minggu ini adalah data produk domestik bruto (PDB) pada hari Kamis dan Personal Consumption Expenditures (PCE) pada hari Jumat. Data PCE diperkirakan menunjukkan bahwa inflasi inti naik 0,3% oada bulan Maret dengan kenaikan tahunan sebesar 2,7%.
Permintaan Treasury juga akan diuji ketika Departemen Keuangan menjual obligasi bertenor dua tahun senilai US$ 69 miliar pada hari Selasa, obligasi bertenor lima tahun senilai US$ 70 miliar pada hari Rabu, dan obligasi bertenor tujuh tahun senilai US$ 44 miliar pada hari Kamis pekan ini.
Baca Juga: Nasib Rupiah Masih Merana, Skenario Terburuk Bisa Menyentuh Rp 17.000 Per Dolar AS
Namun, kenaikan imbal hasil baru-baru ini dapat membuat pasar rentan terhadap perubahan besar jika data ekonomi mengecewakan.
“Pasar terlalu antusias terhadap data ekonomi baru-baru ini,” kata Goldberg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News