kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Pasar Surat Utang Diramal Prospektif pada Tahun Ini, Simak Alasannya


Senin, 22 April 2024 / 14:41 WIB
Pasar Surat Utang Diramal Prospektif pada Tahun Ini, Simak Alasannya
ILUSTRASI. Obligasi


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kenaikan yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun, penerbitan surat utang korporasi dinilai tetap semarak hingga akhir tahun.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan, yield SUN 10 tahun di sepanjang tahun 2024 akan bergerak pada kisaran 6,60% - 7,81%. 

"Kondisi geopolitik dan suku bunga acuan menjadi katalis utama yang kami perhitungkan dalam proyeksi tersebut," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (21/4).

Jika keadaan kondusif, dengan meredanya konflik geopolitik dan waktu penurunan suku bunga acuan menjadi semakin jelas, ia menilai yield berpotensi turun kembali ke kisaran 6,60% - 6,80%. Namun jika ketegangan geopolitik terus tereskalasi, meluas, dan berkepanjangan, hal itu akan meningkatkan risiko.

Baca Juga: Penerbitan Surat Utang Korporasi Diproyeksikan Tumbuh pada Kuartal II 2024

"Selain itu, kepastian penurunan suku bunga jika ternyata baru akan diturunkan pada akhir tahun, maka hal ini juga bisa mendorong yield mengalami peningkatan dan berada di atas 7%," terangnya.

Sebagai informasi, saat ini prospek penurunan suku bunga AS oleh the Fed sudah berkurang dari yang sebelumnya diperkirakan tiga kali menjadi dua kali, yang kemudian baru akan dilakukan pada September dan Desember.

Hal tersebut terjadi seiring inflasi yang masih sulit diturunkan ke dalam rentang target dan belum terlihat secara berkelanjutan akan menurun menuju 2%. Jika hal tersebut terjadi, Darto perkirakan Bank Indonesia (BI) juga akan terus menjaga suku bunga di dalam negeri guna melindungi nilai tukar rupiah agar tidak terlalu volatile.

"Suku bunga tinggi yang akan dijaga hingga akhir tahun ini menjadi salah satu downside risk yang akan mendorong yield tetap tinggi," lanjutnya.

Dengan kondisi tersebut, Pefindo menilai investor akan lebih memilih untuk masuk ke dalam pasar surat utang, baik dari surat utang pemerintah maupun korporasi. 

Kondisi suku bunga yang masih dijaga tinggi untuk waktu yang lebih lama, ditambah dengan kondisi geopolitik yang masih tereskalasi, menimbulkan permintaan pada instrumen yang relatif lebih aman seperti surat utang pemerintah dan korporasi dibandingkan dengan saham.

Baca Juga: Ini Alasan Penerbitan Obligasi Perbankan Diproyeksi Kembali di Sisa Tahun 2024

Di pasar surat utang pemerintah, seri bertenor panjang akan menarik karena menawarkan kupon yang tinggi. Kupon tinggi akan semakin langka ketika bank sentral mulai melonggarkan kebijakan moneternya di semester II.

Selain itu, ketika suku bunga diturunkan, tenor yang panjang akan cenderung mengalami kenaikan harga yang lebih tinggi daripada tenor yang lebih pendek. Kemudian dengan kondisi risiko yang meningkat seperti saat ini, premi risiko juga akan naik, sehingga kupon pun akan terdorong mengalami peningkatan.

Kondisi yang serupa juga akan terjadi di pasar surat utang korporasi. Investor akan mengincar surat utang bertenor 3-5 tahun dengan kupon yang menarik.

Kupon yang menarik ini bisa didapatkan dari surat utang berperingkat sekitar A (single-A). Menurutnya, di samping masih termasuk dalam kategori investment grade dan memiliki risiko yang lebih kecil, peringkat ini juga memberikan kupon yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di atasnya.

"Sehingga dari situ investor bisa memaksimalkan return yang akan dapatkan," paparnya.

Hingga akhir tahun, Pefindo memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi di tahun 2024 ini akan berada pada kisaran Rp 148,15 triliun - Rp 169,05 triliun. 

"Titik tengah pada Rp 155,46 triliun," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×