Reporter: Wuwun Nafsiah, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Otot mata uang rupiah kembali mengendur pada perdagang pagi di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Mengacu Bloomberg, Selasa (22/11), di pasar spot rupiah ke level Rp 13.445 per dollar AS pada pukul 10.04 WIB.
Jika dibandingkan pada penutupan Senin (21/11) kemarin, pada level Rp 13.406 per dollar AS, rupiah melemah tipis 0,29%.
Sebaliknya, rupiah justru menguat 0,10% pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR). Rupiah nangkring pada level Rp 13.424 per dollar AS, di mana kemarin pada level Rp 13.438 per dollar AS.
Padahal, reli dollar AS tengah terhenti. Bloomberg Dollar Spot Index, yang melacak dollar AS terhadap 10 mata uang utama, turun 0,2 %, setelah turun pada hari Senin untuk menghentikan lonjakan dua pekan.
Ekonom PT Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, rupiah masih merespon kemungkinan naiknya suku bunga The Fed pada akhir tahun ini.
Pernyataan sejumlah pejabat The Fed termasuk Gubernur Janet Yellen memberi sinyal kenaikan suku bunga yang semakin tinggi untuk akhir tahun ini dan tahun depan.
Dari dalam negeri, masih terjadi capital outflow di pasar obligasi. Padahal kebijakan BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan diharapkan mampu meredam angka capital outflow yang lebih besar.
Isu demonstrasi di Jakarta juga berpotensi membawa kekhawatiran pasar sehingga menambah tekanan mata uang garuda.
Josua menilai rupiah memiliki peluang kembali melemah mengingat minimnya katalis domestik. Sementara faktor eksternal terus mendukung penguatan dollar AS.
"Kita harapkan BI masih akan berada di pasar untuk melakukan intervensi maupun mengambil langkah stabilisasi lain," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News