Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Antisipasi pelaku pasar dalam menanti hasil pertemuan FOMC yang akan rilis Kamis (3/11) dini hari jadi penyebab utama tersungkurnya rupiah di hadapan USD.
Di pasar spot, Rabu (2/11) valuasi rupiah mengempis 0,08% di level Rp 13.057 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia melemah 0,17% ke level Rp 13.058 per dollar AS.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menuturkan investor memilih untuk melindungi asetnya dan meninggalkan aset berisiko lainnya termasuk rupiah. Ini mengapa USD tetap unggul karena perannya sebagai safe haven menguntungkan mata uang Negeri Paman Sam ini.
“Hanya saja pelemahan rupiah pun terbatas karena secara fundamental domestik tetap kuat dan jadi daya tahan,” kata Reny.
Salah satu penopang utama adalah tingkat inflasi Indonesia Oktober 2016 yang masih berada dalam koridor aman di level 0,14%. Sehingga memang pelemahan didominasi oleh faktor eksternal.
Sampai sekarang tone pernyataan pejabat The Fed masih sama yakni hawkish akan peluang kenaikan Fed Fund Rate akhir tahun. Selama itu terjaga, USD akan tetap mendapatkan pamornya dan mengalahkan mata uang lawannya termasuk rupiah.
Apalagi tidak ada dukungan data ekonomi tambahan dari dalam negeri. Maka pengaruh eksternal akan mendominasi pergerakan. "Walau jika terjadi pelemahan akan tetap terbatas," tambah Reny.
Sebab pasar juga akan kembali menanti rilis data tenaga kerja AS akhir pekan nanti yang akan menjadi sinyal lanjutan kenaikan suku bunga pada Desember 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News