Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (17/12/2025). Pada hari pertama perdagangan, saham SUPA langsung mencetak auto reject atas (ARA), mencerminkan antusiasme investor terhadap emiten bank digital tersebut.
Dalam penawaran umum perdana saham atau IPO ini Superbank melepas 4,4 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp635 per saham, setara dengan 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Walhasil, SUPA sukses meraup dana segar Rp2,79 triliun. Momen ini menjadi IPO terbesar di sektor bank digital.
Pada hari pertama perdagangan, saham SUPA ditutup menguat 24,41% atau naik 155 poin ke level Rp 790 per saham. Tercatat, ada antrean beli saham SUPA di level tertinggi tersebut mencapai lebih dari 14 juta lot.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Beli Saham KLAS, SMDR, JPFA dan BREN di Kamis (18/12)
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menilai respons positif pasar terhadap saham SUPA didorong oleh kombinasi faktor valuasi, fundamental kinerja, serta kekuatan ekosistem pemegang saham strategis perseroan.
Menurut Indy, dari sisi valuasi, price to book value (PBV) SUPA berada di kisaran 3 kali hingga 4 kali. Level ini relatif sejalan dengan rata-rata saham bank digital lain yang juga diperdagangkan pada valuasi premium, seiring ekspektasi pertumbuhan jangka panjang.
Sementara dari sisi fundamental, SUPA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga yang agresif sejalan dengan ekspansi kredit. Kinerja tersebut ditopang oleh rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) serta net interest margin (NIM) yang relatif tinggi, sehingga memberi ruang bagi bank untuk terus mengembangkan bisnisnya.
“Investor melihat sinergi ekosistem SUPA cukup kuat dengan dukungan pemegang saham strategis seperti Grab, Singtel, Emtek, dan KakaoBank, yang memperkuat kapabilitas teknologi dan jaringan,” ujar Indy kepada Kontan, Rabu (17/12/2025).
Tonton: Jaksa Sebut Nadiem Perkaya Diri Rp 809 Miliar dari Korupsi Chromebook
Selain itu, pasar juga mencermati rencana penggunaan dana hasil IPO SUPA. Sekitar 70% dana akan dialokasikan untuk modal kerja guna mendukung ekspansi kredit, sementara 30% lainnya digunakan untuk belanja modal teknologi. Strategi ini dinilai berpotensi mempercepat pengembangan platform digital sekaligus memperluas penetrasi layanan ke segmen ritel dan UMKM.
Meski demikian, Indy mengingatkan investor untuk tetap mencermati sejumlah risiko. Di antaranya adalah potensi peningkatan beban bunga dan biaya operasional, serta fakta bahwa laba SUPA baru berbalik positif pada Juni 2025.
“PBV SUPA memang masih tergolong premium, tapi saham ini cocok bagi investor berorientasi pertumbuhan, terutama melihat potensi sinergi Grab–OVO–Emtek dan fokus SUPA pada segmen ritel serta UMKM,” kata Indy.
Ke depan, peluang penetrasi layanan digital yang masih terbuka lebar dinilai dapat menjadi katalis pertumbuhan SUPA. Namun, investor tetap perlu memantau konsistensi kinerja dan kemampuan perseroan menjaga profitabilitas di tengah kompetisi ketat industri bank digital.
Walhasil, SUPA sukses meraup dana segar Rp2,79 triliun. Momen ini menjadi IPO terbesar di sektor bank digital.
Baca Juga: Harga Turun 28% Ytd, Emiten Energi Ini Akan Bayar Dividen Jumbo Rp 4 T+ Awal 2026
Pada hari pertama perdagangan, saham SUPA ditutup menguat 24,41% atau naik 155 poin ke level Rp 790 per saham. Tercatat, ada antrean beli saham SUPA di level tertinggi tersebut mencapai lebih dari 14 juta lot.
Selanjutnya: Debitur KUR Terdampak Bencana dapat Relaksasi hingga 3 Tahun, Ini Kata Asippindo
Menarik Dibaca: Samsung Z Fold7 Hasilkan Skor AnTuTu v10 hingga 1,9 Jutaan! Ini Detailnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












