Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
Ariawan menilai, pasar SBN masih akan cenderung melemah dalam waktu dekat. Sebab, katalis yang berpotensi menopang pasar SBN masih minim. Setidaknya volatilitas pasar obligasi negara masih akan terasa hingga The Fed mengerek suku bunga acuannya pada Desember 2016.
"Justru mayoritas sudah price in sekarang. Jadi kalau suku bunga The Fed naik, tidak akan terlalu berdampak lagi ke market," ramalnya. Hingga pengujung tahun 2016, prediksi Ariawan, yield FR0056 akan berkisar 7,7% - 8%.
Pasar SBN juga berpotensi volatil hingga pelantikan Trump pada 20 Januari 2016. Investor global memang tengah mencermati pemilihan tim ekonomi dalam kabinet Trump serta realisasi wacana kebijakan Trump selama ini. Kendati demikian, ia optimistis tekanan hanya bersifat sementara.
Sebab, makroekonomi dalam negeri sejatinya membaik dan mampu mengecilkan tekanan yang dialami pasar selama ini. "Inflasi terkendali. Masih ada ruang untuk Bank Indonesia memangkas suku bunga," tukasnya. Pemerintah juga kerap mengintervensi pelemahan rupiah.
Dari sisi permintaan, Ariawan optimistis pasar SBN masih laris. Sebab, investor domestik terutama industri keuangan non bank (IKNB) akan memperbesar porsi investasi pada SBN untuk memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga tahun 2017.
Ariawan meramal, pada kuartal I 2017, yield SUN bertenor 10 tahun akan mengecil ke level 7,38%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News