kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pasar reksadana bertambah gemuk


Jumat, 20 Oktober 2017 / 09:35 WIB
Pasar reksadana bertambah gemuk


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan industri reksadana di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai respon positif. Fundamental ekonomi yang baik serta pergerakan pasar saham dan obligasi yang ciamik membuat industri reksadana melaju pesat.

Itu pula yang terlihat pada jumlah dana kelolaan dan produk reksadana yang makin besar. Terhitung sejak Jokowi menjabat sebagai presiden di Oktober 2014 hingga September 2017, dana kelolaan reksadana melejit 88,65%. Sementara, jumlah produk reksadana pun mencapai 1.600 produk.

Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama mengatakan, perolehan dana kelolaan reksadana pada September 2017 menjadi rekor nilai tertinggi karena sudah tembus Rp 400 triliun. Ia memproyeksikan, akhir tahun ini jumlah dana kelolaan bisa mencapai Rp 420 triliun. "Di akhir tahun 2018 kelolaan industri reksadana bisa Rp 500 triliun," kata Wawan kepada KONTAN, Rabu (18/10).

Reksadana unggulan

Dalam tiga tahun terakhir, kinerja reksadana pendapatan tetap yang paling maksimal. Maklum, Bank Indonesia mulai rajin memangkas suku bunga acuan Bank Indonesia atawa BI 7-day Reverse Repo Rate hingga 4,25% dan berdampak terhadap turunnya yield obligasi serta naiknya harga obligasi.

Per 30 September 2017, kinerja reksadana pendapatan tetap tercatat paling tinggi secara year to date. Reksadana jenis inimampu memberikan imbal hasil sebesar 8,83%.

Adapun reksadana saham memberi imbal hasil 4,51%, dan campuran berbuah return 5,89%. "Suku bunga dan inflasi rendah, pembangunan infrastruktur yang gencar, menjadi sentimen positif reksadana, selain adanya tax amnesty yang booming, industri reksadana bisa berkembang positif," ungkap Wawan.

Pada era Jokowi pula, pemerintah gencar menerbitkan obligasi. Tentunya hal ini menarik bagi perusahaan yang ingin meminjam dana lewat obligasi dengan yield dan kupon yang lebih mini. Wawan pun optimistis tahun depan ekonomi Indonesia akan lebih baik ditengah ada kekhawatiran pembangunan infrastruktur terkendala anggaran.

Direktur Avrist Asset Management Hanif Mantiq pun menjagokan reksadana pendapatan tetap di era Jokowi. Sebagai perbandingan, produk Avrist Prime Bond Fund memberi return paling optimal sebesar 28,47% seirama dengan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×