kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar obligasi kembali ramai


Senin, 20 Maret 2017 / 10:00 WIB
 Pasar obligasi kembali ramai


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri, Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pasar surat utang domestik kembali menggeliat. Di pengujung kuartal pertama tahun ini, sejumlah emiten mengumumkan rencana penerbitan obligasi. Sedikitnya 19 perusahaan telah menyampaikan niatnya ke otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat menyebutkan, sebanyak 19 perusahaan berencana menerbitkan obligasi dengan nilai total Rp 15 triliun. Sebagian besar surat utang ini akan dirilis perusahaan finansial dan perbankan.

Sebagian lagi berasal dari sektor usaha seperti konstruksi, telekomunikasi dan konsumer. "Perusahaan finance dan perbankan untuk pendanaan program kerja. Sebab di beberapa jenis usaha tidak bisa memanfaatkan dana publik sehingga mereka mencari lewat obligasi, lalu menyalurkan lagi," ujar Samsul, akhir pekan lalu.

Berdasarkan catatan KONTAN, ada 17 emiten berencana menerbitkan surat utang di sepanjang tahun ini. Nilai totalnya mencapai Rp 69,26 triliun, termasuk surat utang berdenominasi dollar Amerika Serikat.

Salah satu emiten yang siap merilis obligasi adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Emiten konstruksi pelat merah ini akan menerbitkan surat utang Rp 3,5 triliun, yang merupakan dari bagian penawaran umum berkelanjutan. ADHI akan memakai dana obligasi untuk membangun proyek light rail transit (LRT). "Tahun ini rencannya Rp 3,5 triliun," kata Direktur Keuangan ADHI Haris Gunawan.

Sementara itu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mendapatkan mandat dari 36 perusahaan yang berencana menerbitkan surat utang sepanjang tahun ini. Pefindo akan memeringkat obligasi 36 perusahaan tersebut dengan total nilai Rp 74,8 triliun.

Analis NH Korindo Securities, Bima Setiaji menyebutkan, pasar obligasi pada tahun ini diperkirakan membaik. Hal ini didukung sejumlah faktor, misalnya pada awal tahun ini beberapa lembaga pemeringkat global, seperti Moody's Investors Service dan Fitch Ratings, telah menaikkan prospek peringkat utang Indonesia. "Bahkan sebentar lagi S&P diberitakan segera menaikkan peringkat utang kita," ungkap dia.

Faktor pendukung lainnya, kondisi ekonomi dalam negeri cukup stabil. Hal ini berpotensi mendorong kenaikan harga obligasi pada tahun ini. Apalagi kini terjadi tren penurunan imbal hasil (yield) surat utang berdenominasi valuta asing.

Dengan melandainya yield, maka berdampak pada penurunan biaya dana atau cost of fund emiten. Jadi, ini merupakan momentum tepat bagi perusahaan menerbitkan obligasi.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, instrumen obligasi menjadi menarik bagi emiten lantaran ada dua hal yang mempengaruhi. Pertama, tren suku bunga yang bergerak menurun. Kedua, kenaikan bunga The Fed berpotensi mendongkrak pasar obligasi.

"Pilihan bonds masih cukup menarik. Salah satu yang mempengaruhi obligasi adalah risiko. Saat ini risiko cukup terkendali, sehingga bonds menjadi pilihan yang cukup menarik," ungkap Hans kepada KONTAN, Minggu (19/3).

Peluang emiten

Kondisi makro ekonomi yang membaik, termasuk meningkatnya harga komoditas, turut mendorong emiten untuk mencari pendanaan dalam rangka membiayai ekspansi. Nah, pilihan menerbitkan obligasi untuk memenuhi kebutuhan ekspansi merupakan alternatif pendanaan yang cukup menarik.

Bagi emiten, obligasi maupun medium term notes (MTN) memiliki fleksibilitas waktu yang lebih banyak dan bisa memaksimalkan nilai perusahaan. Berbeda halnya apabila nilai korporasi sudah membesar, maka pilihan ekuitas akan menjadi lebih baik. Hans menilai, biaya menerbitkan surat utang lebih rendah dibandingkan biaya menambah ekuitas.

Dengan banyaknya emiten yang saat ini menerbitkan obligasi, investor cenderung akan melihat dua hal sebagai pertimbangan untuk mengoleksi obligasi. "Pertama, investor akan melihat yield yang lebih tinggi," kata Hans.

Kedua, dia memprediksi investor akan cenderung mengincar obligasi yang berhubungan yang dengan BUMN dan program infrastruktur pemerintah. Menurut Hans, emiten yang berbasis konstruksi akan memiliki nilai tambah lantaran Indonesia berpotensi mencatatkan pertumbuhan yang cukup bagus lewat pembangunan infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×